Mengasihi Diri Sendiri (Jelajah PB 963)

Yakobus 4:1-3

Yakobus banyak memberikan pengajaran yang tegas dan praktis, yang langsung menyentuh kehidupan sehari-hari. Yakobus menulis surat ini di awal kekristenan mulai berkembang di Yerusalem dan menyebar ke beberapa kota di sekitar Yerusalem. Pada saat itu hanya orang Yahudi saja yang menjadi Kristen. Awalnya mereka berkumpul di Yerusalem. Tetapi karena penganiayaan yang hebat, maka mereka tersebar di beberapa tempat.

Ada kemungkinan orang Kristen mengalami sengketa atau terjadi pertengkaran di antara sesama Kristen. Sengketa atau pertengkaran itu berasal dari hawa nafsu yang saling berjuang di dalam tubuh manusia. Ada ego atau kepentingan diri sendiri yang sedang berkuasa dan tidak bisa dikendalikan dengan baik. Sebenarnya, hakikat atau inti dari dosa adalah mengasihi diri sendiri. Kita tidak perlu melatih untuk mengasihi diri sendiri. Yang Tuhan inginkan adalah mengasihi manusia lain seperti diri sendiri. Mengasihi diri sendiri sebenarnya adalah sifat buruk yang sudah melekat dalam diri manusia, yang jika tidak dikelola dengan baik, maka bisa menimbulkan egoisme. Di dalam Matius 16:24 dikatakan, “Setiap orang yang mau mengikut Yesus, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Yesus.” Menyangkal diri artinya tidak mengasihi diri sendiri. Menyangkal diri artinya menolak keinginan diri sendiri.

Tahapan dari sengketa itu adalah: manusia menginginkan sesuatu tetapi tidak memperolehnya, lalu orang tersebut membunuh karena iri hati. Karena tidak bisa mencapai tujuan yang diinginkan, maka terjadi pertengkaran, perkelahian atau sengketa. Seandainya manusia tidak mementingkan diri sendiri, maka tidak akan ada iri hati, pertengkaran atau perkelahian. Kita seharusnya menjadi manusia yang bisa mengoreksi diri.

Kita tidak mendapat apa-apa karena tidak berdoa atau tidak meminta. Ada juga yang sudah berdoa, tetapi tidak menerima apa-apa juga, karena salah berdoa. Salah berdoa artinya meminta sesuatu kepada Tuhan yang nantinya akan dipakai untuk memuaskan hawa nafsu. Doa atau permintaan seharusnya menyenangkan hati Tuhan. Doa seperti ini yang akan dijawab oleh Tuhan. Mari kita belajar untuk meminta atau berdoa kepada Tuhan yang hasilnya nanti dipakai juga untuk memuliakan Tuhan, bukan untuk diri sendiri. Hasilnya adalah ekspresi untuk memuliakan Tuhan.

Misalnya kita berdoa untuk tubuh yang sehat, maka tujuannya supaya tubuh kita bisa dipakai untuk melayani Tuhan dengan sesungguh-sungguhnya. Sekali lagi, doa yang menyenangkan hati Tuhan adalah doa yang tujuannya untuk memuliakan Tuhan. Jika kita berdoa supaya Tuhan memberi rumah, maka seharusnya rumah yang kita minta itu juga dipakai untuk persekutuan atau mengajar firman Tuhan. Jika kita dalam acara pertandingan olahraga antar gereja, doa kita seharusnya bukan untuk kemenangan, tetapi untuk persekutuan dan pertandingan yang sportif.

Mari kita lihat kembali doa-doa yang selama ini kita sampaikan kepada Tuhan. Apakah doa-doa kita bertujuan untuk memuliakan Tuhan, atau justru untuk keegoisan diri kita sendiri? Sebagai pengikut Kristus atau murid Yesus Kristus, sebenarnya hidup kita bukan kita lagi, tetapi Yesus yang ada di dalam hidup kita. Sebenarnya kita sudah ikut mati, ikut disalibkan bersama Yesus Kristus, ketika kita percaya kepada-Nya. Saat ini, ketika kita dilahirkan kembali, kita bukan lagi manusia lama yang penuh dengan keegoisan, tetapi manusia baru yang seharusnya memuliakan Tuhan.

Views: 36

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top