Iri Hati (Jelajah PB 962)

Yakobus 3:13-18

Kita bisa menjadi seorang yang bijak dan berbudi. Yang perlu kita lakukan adalah hidup dengan cara yang baik, menyatakan perbuatan kita oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan. Tanpa hikmat maka hidup kita akan kacau. Hikmat bukan sekedar pengetahuan. Kita bisa meminta hikmat dari Tuhan, seperti Salomo. Hikmat adalah kepandaian atau kecakapan untuk menimbang serta menilai segala sesuatu.

Sebagai manusia, kita bisa iri hati. Tetapi firman Tuhan mengingatkan kita supaya tidak iri hari, karena bisa mengakibatkan kita mementingkan diri sendiri. Dalam banyak hal, ada orang-orang yang lebih berhasil daripada kita, padahal kita terlebih dulu melakukan hal yang sama. Iri hati seringkali mengakibatkan penentangan di dalam hatinya. Iri hati membuat orang tidak bisa melihat segala sesuatu dengan jelas dan obyektif. Iri hati bisa mengakibatkan kesombongan atau memegahkan diri sendiri. Yang lebih parah, iri hati bisa menyebabkan kita tidak lagi menerima pengajaran atau kebenaran dari orang-orang yang lebih berhasil daripada kita.

Ketika kita mendapatkan pengajaran yang memberitahu tentang kebenaran firman Tuhan, sampai kita sendiri tidak bisa menyangkal akan kebenaran itu, maka kita telah beriman. Iman itu akan mati dengan sendirinya, jika tidak ada tindakan yang muncul dari dalam diri kita. Iman yang benar seharusnya diikuti dengan tindakan yang benar juga. Tindakan di dalam iman seringkali perlu bayar harga, perlu pengorbanan. Kita bisa melihat kisah dari para pahlawan iman di dalam Alkitab, ketika mereka mengikuti kebenaran, banyak sekali pengorbanan yang dilakukan, baik pengorbanan yang dilakukan dari dalam diri sendiri maupun pengorbanan dari pihak di luar diri kita.

Segala sesuatu yang tidak mengajarkan kelemahlembutan, itu bukan berasal dari Tuhan, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia  dan dari setan-setan. Jika ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, maka akan ada kekacauan dan segala macam kejahatan. Siapapun bisa memiliki iri hati. Karena itu kita harus waspada, supaya tidak terjadi kekacauan dalam hidup kita maupun hidup orang-orang yang ada di dekat kita. Iri hati berbanding terbalik dengan kelemahlembutan. Iri hati tidak berasal dari Tuhan. Supaya kita tidak iri hati, jalan satu-satunya adalah belajar untuk bersyukur, atas semua hal yang Tuhan berikan dan izinkan di dalam hidup kita.

Sedangkan hikmat yang dari Tuhan adalah murni. Hikmat itu membuat kita menjadi pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik. Buah yang terdiri dari kebenaran, ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai. Yakobus ingin kita menilai kehidupan kita pada saat ini. Segala sesuatu bisa dinilai dari buah atau tindakan yang muncul. Seseorang bisa mengakui bahwa ia mendapatkan hikmat dari Tuhan. Tetapi jika buah yang dihasilkan ternyata kacau dan jahat, maka sebenarnya apa yang ia dapatkan bukan dari Tuhan.

Banyak orang di dunia ini yang berseru-seru memuliakan Tuhan mereka masing-masing. Tetapi kita bisa menilai, mana orang yang benar-benar memuliakan Tuhan dan mana orang yang sedang memuliakan Iblis. Iman dan percaya seseorang tidak bisa dipaksakan. Jika ada orang yang memaksakan imannya, bisa kita nilai bahwa yang disampaikan itu bukanlah kebenaran yang sejati. Kebenaran tidak perlu dipaksakan, tetapi ditawarkan.

Views: 35

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top