1 Timotius 6:1-2
Banyak kritik terhadap Paulus sehubungan dengan ayat 1, karena dianggap menyetujui perbudakan. Pada saat itu, perbudakan ada beberapa macam. Ada perbudakan yang cukup mengerikan, karena tidak manusiawi. Di dalam Keluaran 22 ada praktek penjualan orang karena konsekuensi dari melakukan pencurian (ayat 3b). Di ayat tersebut dikatakan, “Pencuri itu harus membayar ganti kerugian sepenuhnya; jika ia orang yang tak punya, ia harus dijual ganti apa yang dicurinya itu.” Ketik orang tersebut dijual, maka status orang tersebut adalah budak. Dia harus bekerja untuk membayar kerugian yang disebabkan oleh perbuatannya itu. Hukum Taurat ini mengatur hal-hal untuk menghargai hak milik orang, supaya manusia lebih beradab dan tidak ada yang menginginkan pekerjaan sebagai pencuri.
Memang sepertinya pada waktu itu perbudakan adalah kejam. Tetapi tergantung dari sudut pandang masing-masing dalam melihat hal ini. Bagi pencuri mungkin itu kejam, tetapi bagi yang dicuri, hal ini merupakan keadilan yang bisa didapat olehnya. Tuhan menginginkan manusia hidup di dunia dengan baik, mengikuti perilaku dan kebiasaan yang tidak merugikan sesamanya. Jangan sampai ada orang yang di dalam pikirannya timbul untuk menjadi pencuri atau pelaku kejahatan. Jauh lebih baik dan terhormat mati kelaparan daripada mencuri.
Jika ada jemaat pada waktu itu berada di bawah perbudakan orang lain, maka Paulus menasihati mereka supaya menganggap tuan mereka layak mendapat segala penghormatan, supaya nama Tuhan dan ajaran kekristenan tidak dihujat orang. Ketika kita bekerja dan melayani dengan sukacita, menganggap pantas orang yang dilayani, menghormati mereka selayaknya memang patut untuk dihormati, maka kita tidak akan mudah untuk bersungut-sungut. Kita tidak akan merasa tertekan. Sungut-sungut dan rasa tertekan itu akan mempengaruhi jiwa dan perasaan kita, berakibat fatal terhadap diri kita sendiri. Itulah yang dimaksudkan oleh Paulus mengenai ayat 1 tersebut.
Kekristenan tidak mengajarkan pemberontakan dalam wujud apapun. Jika ada orang Kristen yang berposisi sebagai budak atau bawahan, ia seharusnya memiliki perilaku yang sangat baik, yang bisa dilihat dan menjadi kesaksian bagi tuannya. Dia seharusnya memperlihatkan perbedaan dengan budak atau bawahan yang lain. Apapun posisi kita, kita bisa menjadi saksi yang baik untuk memberitakan Injil Yesus Kristus. Dalam posisi sebagai pemimpin atau yang dipimpin, kita bisa melakukan yang terbaik, supaya orang mendapatkan berkat dari apa yang kita perbuat.
Jika tuan atau pemimpin kita adalah seorang yang percaya kepada Tuhan Yesus, sebaiknya dia lebih dihormati lagi. Ia harus dilayani dengan lebih baik lagi, karena dia adalah saudara di dalam Kristus. Kita harus menjadi contoh bagi bawahan yang lain, untuk menghormati tuan itu dengan lebih baik. Jika kita melakukan hal itu, maka akan ada kesan yang baik. Kita harus melakukannya dengan tulus, bukan dengan tujuan yang lain. Ketulusan kita akan diuji oleh waktu. Kita berusaha untuk menjadi teladan, terang dan contoh yang baik.
Views: 35