1 Timotius 1:5-7
Melalui surat ini, Paulus ingin supaya Timotius bisa mengikuti teladannya. Nasihat yang diberikan supaya Timotius memiliki kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas. Kita menyatakan apa yang salah dengan penuh kasih dan dengan maksud ingin membawa mereka kembali kepada jalan yang benar. Tetapi memang ada saja orang yang tidak sampai pada tujuan itu dan yang sesat dalam omongan yang sia-sia. Saat ini, orang-orang yang mau menjadi gembala dan mengajarkan kebenaran, mereka harus benar-benar belajar serta memiliki pendidikan formal.
Orang Kristen seharusnya adalah kelompok orang yang paling menghargai pendidikan. Kita melihat bahwa pendidikan itu penting, terutama untuk memberikan pengajaran yang benar, sehingga Paulus pun perlu mendirikan sekolah teologi di Efesus. Pendidikan itu akan membuat kita memiliki pikiran dan akal yang sehat. Segala sesuatu, termasuk pengajaran atau doktrin, harus bisa dijelaskan dengan baik dan sistematis, sehingga lebih mudah untuk dimengerti oleh orang lain. Karena itulah, maka kita sebagai orang Kristen harus belajar dengan giat.
Orang-orang yang sesat dalam omongan sia-sia pada waktu itu adalah orang yang hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan mereka sendiri dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan. Pada saat itu, ada orang Yahudi yang tersebar di mana-mana, yang mengaku menjadi Kristen tetapi mereka masih tetap berpegang pada tradisi Yudaisme. Mereka menggabungkan antara pengajaran Kristen dengan tradisi Yahudi. Kelompok ini dikenal sebagai kelompok Ebionit (menggabungkan Taurat dengan Injil). Mereka tidak mengerti perkataan sendiri karena memang tidak memahami posisi hukum Taurat dan posisi kitab Perjanjian Lama.
Kitab Perjanjian Lama berisi tentang pengajaran moral, petunjuk tata ibadah simboli, sejarah dan nubuatan. Sampai saat ini, pengajaran moral di Perjanjian Lama masih berlaku, seperti jangan membunuh atau jangan mencuri atau jangan berzinah. Yang sudah selesai adalah petunjuk tata ibadah simbolik. Perjanjian Lama ditulis dan dipakai pada zaman ibadah simbolik diperintahkan. Tujuan ibadah simbolik itu adalah untuk mengingatkan dan menunjuk kepada Tuhan Yesus, sang Hakikat yang dijanjikan akan datang. Ibadah simbolik dijalankan untuk menanti kedatangan Yesus ke dunia sebagai Mesias. Ketika Yesus datang ke dunia dan diperkenalkan oleh Yohanes Pembaptis, maka ibadah simbolik telah selesai. Orang Yudaisme setiap Paskah menyembelih domba korban untuk mengingat akan janji Tuhan yang akan kirim Juruselamat yang akan menanggung dosa seisi dunia dan akan dihukumkan seperti domba disembelih. Ibadah simbolik memiliki banyak paket, seperti sunat, haram dan halal, penyakit kusta, hari Sabat, dll.
Ketika Yesus Kristus datang, maka ibadah simbolik dan semua paket yang ada sudah tidak berlaku lagi. Di dalam Yohanes 4:23, Tuhan Yesus mengatakan, “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” Karena itu saat ini kita tidak menyembah dengan badan lagi, tetapi menyembah dengan hati. Karena itulah, ketika kita berdoa, kita tidak perlu menghadap ke arah tertentu, kita tidak perlu bergerak dengan aturan tertentu, kita juga tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.
Views: 32