Dongeng Dalam Bentuk Khotbah (Jelajah PB 851)

1 Timotius 4:7

Jika seorang pengkhotbah atau penginjil tidak menguasai pengajaran (doktrin) kekristenan, maka ia akan mengajarkan pengalaman atau motivasi. Ada juga yang menceritakan tentang hal-hal yang tidak bisa dinalar secara akal sehat. Ada yang menceritakan tentang penglihatan, mimpi atau peristiwa-peristiwa supranatural yang semuanya itu bukanlah kebenaran obyektif, tetapi kebenaran subyektif. Kebenaran subyektif adalah sesuatu yang diyakini oleh diri sendiri tetapi belum tentu berlaku bagi orang lain. Misalnya ada orang yang sembuh seketika pada saat didoakan, belum tentu hal itu bisa terjadi pada semua orang. Ada orang yang sakit dan bisa sembuh dalam waktu yang cukup lama dan perlu penanganan medis.

Sangat berbahaya jika pengkhotbah atau penginjil tidak memiliki pengajaran sistematis tentang kebenaran Alkitab. Akhirnya ia bercerita ke sana kemari, terkesan seperti menceritakan takhayul dan dongeng nenek-nenek tua. Anehnya, banyak orang Kristen senang dengan cerita-cerita seperti ini. Misalnya, ada pengkhotbah yang menceritakan bahwa ia bisa naik turun surga, atau bahkan bisa berkunjung ke neraka. Ia bisa mengaku bahwa dirinya diajak oleh Yesus Kristus. Ternyata banyak orang Kristen yang percaya. Padahal, jika kita membandingkan cerita itu dengan kebenaran Alkitab, sangat bertentangan. Jika Yesus bisa datang ke bumi dan mengajak orang tersebut jalan-jalan ke surga atau ke neraka, hanya ada dua kemungkinan: yang mengajak itu bukan Yesus atau ia mengarang cerita bohong. Jika Yesus memang hadir di dunia ini, maka kiamatlah dunia ini. Tetapi nyatanya, sampai sekarang dunia belum berakhir.

Kita bisa mendapatkan cerita atau kisah tersebut dari berbagai macam sumber. Bahkan sekarang kita bisa lebih mudah mengaksesnya dengan bantuan internet. Jika kita tidak berhati-hati dan berjaga-jaga, jika kita tidak menggunakan akal sehat kita untuk mempelajari Alkitab, maka kita pun akan masuk ke dalam perangkap pengajaran tersebut. Sepertinya kita menjadi manusia rohani, padahal tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Hanya orang yang tidak berhikmat yang senang mendengar cerita atau pengajaran yang demikian.

Takhayul adalah cerita-cerita yang bersifat mistik. Banyak dukun yang berubah menjadi Kristen, tetapi mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan mereka dulu. Mereka menjadi Kristen tetapi pola pikir mereka masih seperti dukun. Mereka mengerjakan praktek perdukunan, tetapi menggunakan kekristenan atau memakai nama Yesus. Pengajaran atau cerita yang disampaikan tidak akan jauh dari praktik perdukunan yang sudah dikemas dengan sangat rohani. Mereka sepertinya bermusuhan dengan Iblis, padahal sebenarnya bermain sandiwara bersama dengan Iblis. Ada yang sadar akan hal itu, tetapi banyak yang tidak sadar. Banyak orang Kristen terkagum-kagum dengan hal yang seperti ini, terutama orang-orang Kristen yang dulu memiliki latar belakang yang hampir sama.

Paulus mengharuskan Timotius untuk melatih diri beribadah. Melatih diri beribadah bukanlah terbatas pada kebaktian hari Minggu. Ibadah yang dimaksud di sini adalah kehidupan kita sehari-hari yang tertuju atau terfokus pada Tuhan. Seluruh hidup kita menjadi persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Tuhan. Itulah yang disebut sebagai ibadah. Istilah ini sepertinya sepele, tetapi kita tidak bisa membatasi ibadah kita pada hari Minggu saja. Karena itu, pada saat kita berkumpul di gereja pada hari Minggu, lebih tepat disebut Kebaktian atau Persekutuan, karena ibadah kita adalah ibadah hakikat, dengan hati yang kita lakukan terus menerus sepanjang hidup kita, setelah kita menyatakan diri bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.

Views: 26

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top