1 Timotius 5:13-18
Pada waktu itu, janda muda perlu diwaspadai karena ada kebiasaan mereka keluar masuk rumah orang, bermalas-malas dan meleter serta mencampuri soal orang lain dan mengatakan hal-hal yang tidak pantas. Meleter artinya berbicara jelek mengenai orang lain (gosip). Hal ini terjadi karena mereka tidak ada tanggung jawab pekerjaan dan memiliki banyak waktu santai. Paulus memberi petunjuk supaya janda yang masih muda bisa kawin lagi, tentu dengan laki-laki yang mengasihi Tuhan. Jika mereka menikah lagi, maka mereka bisa mendapat anak, mendapat kesempatan untuk memimpin rumah tangganya dan tidak memberi alasan kepada lawan untuk memburuk-burukkan nama jemaat.
Ternyata pada waktu itu ada beberapa janda yang telah tersesat dan mengikut Iblis. Kemungkinan mereka telah menikah kembali dengan orang di luar Tuhan. Hal ini akan memperburuk kehidupan janda tersebut, karena setelah menikah, dia harus tunduk kepada suami yang tidak mengasihi Tuhan. Dia bisa makin menjauh dari Tuhan. Jika ada orang Kristen yang memiliki status sebagai anak dan ibunya telah menjadi janda, hendaklah mereka membantu ibunya tersebut, supaya tidak menjadi beban bagi jemaat. Dengan demikian, jemaat bisa dapat membantu mereka yang benar-benar janda, yang tidak memiliki anak atau keluarga serta tidak memiliki pendapatan untuk hidup.
Di masa-masa tertentu, ada banyak istri yang ditinggal mati oleh suaminya. Pada awal kekristenan berkembang, terjadi penganiayaan yang cukup banyak menewaskan orang. Laki-laki banyak yang menjadi korban, sehingga mereka meninggal dan istrinya menjadi janda. Di masa-masa perang seperti perang dunia pertama dan kedua, ada banyak istri yang menjadi janda. Gereja seharusnya terpanggil untuk mengambil bagian dalam pelayanan kepada para janda yang benar-benar janda.
Selanjutnya mengenai penatua atau penilik atau gembala yang baik pimpinannya, mereka patut dihormati dua kali lipat. Paulus tidak menjelaskan mengenai dua kali lipat tersebut. Paulus sepertinya ingin mengajarkan bahwa para gembala tersebut memang patut untuk dihormati, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. Menghormati dua kali lipat itu juga disangkutpautkan dengan upah. Di dalam Perjanjian Baru dan di surat-surat Paulus, tidak ada patokan mengenai upah dari gembala jemaat. Tidak dijelaskan dua kali lipat dengan patokan seperti apa.
Ada banyak macam metode penghitungan upah atau gaji gembala jemaat. Seringkali metode penghitungan itu yang membuat gereja atau gembala jemaat itu tidak enak hati satu dengan yang lain. Bagi gembala jemaat yang tulus dan tidak terlalu mempermasalahkan gaji, mungkin tidak terlalu bermasalah. Tetapi, jika tidak jelas, hal itu juga berpotensi terhadap kemajuan gereja di masa yang akan datang. Karena ketidakjelasan metode penghitungan gaji tersebut, banyak anak muda Kristen yang tidak tertarik untuk menjadi gembala.
Ada juga metode penghitungan gaji gembala yang mengakibatkan gembala tersebut cepat mengalami peningkatan kekayaan. Hal ini juga tidak sehat dalam penggembalaan. Jika ini terjadi, ada saja orang-orang yang termotivasi untuk menjadi gembala, bukan untuk mengajar dengan kemurnian hati, tetapi mencari uang dengan cara rohani. Paulus pun sepertinya tidak enak hati dalam memberi patokan tentang hal ini, sehingga ia hanya menyampaikannya dengan mengatakan “patut untuk dihormati dua kali lipat.”
Views: 1