Efesus 3:11-13
Di masa Perjanjian Baru ini, jemaat memiliki tanggungjawab yang sangat besar. Kita telah mendapatkan kasih karunia untuk masuk menjadi ahli waris dan anak-anak Tuhan, meskipun kita bukan orang Yahudi. Tiang penopang dan dasar kebenaran diberikan kepada jemaat, untuk menggantikan orang-orang Yahudi. Saat ini, jika orang-orang Yahudi ingin selamat, mereka juga harus bertobat dan percaya kepada Yesus. Setelah itu mereka bisa masuk menjadi anggota jemaat, menjadi anggota tubuh Kristus, untuk mendapatkan hikmat dari Tuhan. Dengan hikmat itu, maka kita bisa mengerti rahasia Ilahi yang telah disembunyikan selama berabad-abad. Paulus telah menceritakan semuanya itu, sehingga saat ini kita mengetahuinya. Karena itulah, kesempatan ini diberikan kepada kita. Maka kita patut mengucap syukur atas semuanya itu.
Di dalam Kristus, kita mendapatkan keberanian dan jalan untuk masuk kepada Bapa di Surga dengan penuh kepercayaan oleh iman kita kepada-Nya. Dengan demikian, Paulus memberitahukan kepada jemaat di Efesus supaya mereka tetap kuat dan tidak tawar hati melihat penganiayaan yang dialami oleh Paulus. Paulus siap untuk menderita dan teraniaya, demi memberitakan rahasia Ilahi ini kepada banyak orang, termasuk kepada jemaat di Efesus. Kesesakan dan penderitaan Paulus adalah kemuliaan bagi jemaat di Efesus dan bagi kita semua yang telah percaya kepada Yesus Kristus.
Kebenaran bisa tercapai melalui argumentasi. Kebenaran siap untuk diuji oleh siapapun. Kebenaran tidak bisa dicapai dengan cara kekerasan atau paksaan. Makanan yang enak tidak perlu dipaksakan, tetapi ditawarkan. Kita saat ini memiliki kebebasan untuk menguji pengajaran dan memilih untuk melakuan pengajaran yang benar. Kebebasan untuk meyakini pengajaran itu adalah hak asasi setiap manusia. Keyakinan tidak bisa dipaksakan, tetapi ditawarkan. Jika mau, maka kita bisa meyakininya. Jika tidak mau, kita juga bebas untuk menolaknya. Jika pengajaran disampaikan dengan paksaan atau kekerasan, kita bisa memastikan bahwa pengajaran itu pasti tidak benar dan pasti bukan dari Tuhan.
Jika Paulus dipenjara karena mengajarkan sesuatu, maka kebenaran yang disampaikan adalah kebenaran yang sejati. Kebenaran yang diajarkan oleh Paulus tidak disampaikan dengan kekerasan atau dengan adu senjata. Justru dia yang mendapatkan penganiayaan dan kekerasan. Ada ajaran lain yang merasa dilecehkan, sehingga mereka perlu membela “kebenaran” mereka dengan cara kekerasan. Orang yang menangkap dan memenjarakan Paulus adalah orang yang tidak memiliki kebenaran yang bisa dibuktikan dengan argumentasi atau dasar yang jelas.
Mereka seharusnya bangga karena rasul Paulus masuk penjara. Rasul Paulus dipenjara bukan karena perbuatan yang tidak bermoral. Secara etika dan moral, Paulus tidak memiliki kesalahan apapun. Paulus masuk penjara karena pengajar-pengajar Yahudi tidak memiliki kekuatan untuk melawan pengajaran Paulus dengan dasar yang kuat. Untuk membungkam mulut Paulus, maka mereka menangkap Paulus dan memasukkannya ke dalam penjara. Tetapi justru di dalam penjara, Paulus lebih aman. Jika Paulus di luar penjara, kemungkinan besar dia akan cepat ditangkap untuk dibunuh. Selain itu, selama Paulus dipenjara, justru ia memiliki kesempatan yang cukup untuk menulis surat. Surat-surat Paulus menjadi warisan yang sangat mahal bagi perkembangan kekristenan. Pengajaran yang tertulis ini tidak akan mudah hilang. Surat-surat Paulus menjadi dokumen yang sangat penting, untuk meneruskan penyingkapan yang telah disampaikan oleh Tuhan kepada Paulus.
Views: 3