Rasul atau Bukan Rasul (Jelajah PB 701)

2 Korintus 12:1-4

Paulus terpaksa harus memegahkan diri meskipun dia sadar bahwa hal itu tidak ada faedahnya. Paulus ingin memberitakan penglihatan dan penyataan (wahyu) yang telah diterima dari Tuhan. Tuhan telah menetapkan Paulus sebagai rasul-Nya. Paulus tidak ingin membanggakan dirinya sendiri, tetapi ingin membanggakan orang yang sudah ditetapkan sebagai rasul. Orang yang dipanggil rasul itu, tiba-tiba diangkat oleh Tuhan ke tingkat yang ketiga dari Sorga. Orang itu tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tidak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan oleh manusia.

Kesaksian ini hanya bisa dialami oleh rasul, terutama rasul Paulus. Tidak ada orang lain yang memiliki kepentingan untuk mendapatkan pengalaman supranatural yang sama seperti Paulus. Memang hari-hari ini kita mungkin sering mendengarkan kesaksian bahwa ada orang-orang yang merasa diangkat ke atas, entah itu dalam penglihatan atau secara langsung. Mereka bercerita bisa naik turun Sorga. Terlebih lagi ada yang bercerita bahwa ia dibawa ke neraka oleh Yesus. Mereka menceritakan semuanya itu dengan tujuan supaya orang Kristen lain menghargainya, bahkan menghormatinya layaknya seperti para rasul atau seperti orang yang paling dekat dengan Tuhan. Semuanya itu bohong dan tidak ada faedahnya sama sekali. Mereka ingin menjiplak peristiwa yang pernah terjadi pada Paulus.

Orang-orang sekarang menceritakan itu tanpa saksi dari orang lain. Sedangkan yang menjadi saksi bagi Paulus adalah Tuhan sendiri. Bahkan Tuhan memberikan kuasa dan mujizat kepada para rasul dan juga rasul Paulus, yang menjadi bukti kerasulannya (ayat 12). Hanya rasul yang mendapatkan kuasa untuk melakukan mujizat. Pada saat Paulus bersama Barnabas melakukan misi penginjilan, yang membuat mujizat adalah Paulus. Alkitab tidak pernah mencatat bahwa Barnabas pernah melakukan mujizat. Demikian juga ketika Paulus pergi memberitakan Injil dengan Silas, maka Pauluslah yang melakukan mujizat. Demikian juga dengan Titus dan Timotius, mereka bukan rasul dan mereka tidak mengadakan mujizat.

Memang tercatat di dalam Kisah Para Rasul 7, Stefanus melakukan mujizat. Demikian juga Filipus di dalam Kisah Para Rasul 8. Kemungkinan besar mereka berdoa dan terjadi mujizat. Tetapi mereka bukan orang yang diberi kuasa untuk melakukan mujizat. Pada waktu itu Tuhan mendengar doa mereka, sehingga terjadi mujizat. Harusnya sampai hari ini kita percaya bahwa mujizat itu masih ada. Tuhan masih bisa menyembuhkan orang sakit, hingga saat ini. Karena itulah, ketika kita sakit maka kita berdoa, minta kesembuhan dari Tuhan. Seringkali kita juga berdoa untuk orang lain, supaya yang sakit disembuhkan dan yang memiliki masalah bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik. Tetapi Tuhan tidak memberikan karunia kesembuhan dan mujizat kepada kita. Karunia mujizat itu bahkan tidak perlu berdoa, dan orang bisa sembuh. Jika ada orang sakit kita doakan, dia bisa sembuh dan bisa juga tidak sembuh.

Filipus dan Stefanus adalah orang yang sama seperti kita. Mereka bukan rasul dan tidak mendapatkan karunia mujizat sama sekali. Memang ada mujizat yang terjadi oleh mereka, tetapi karena Tuhan menjawab doa bukan karena mereka mendapatkan kuasa mujizat itu. Tidak setiap orang yang mereka doakan pasti mendapat mujizat.

Views: 4

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top