2 Korintus 10:10-18
Para rasul memiliki tugas bukan hanya memberitakan Injil, tetapi juga menertibkan jemaat, supaya jemaat memiliki perilaku yang sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Jemaat dituntut untuk tertib, karena memiliki tugas sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran. Memang surat-surat yang dikirim oleh Paulus itu tegas dan keras, tetapi ketika berhadapan muka dengan muka, Paulus memilih untuk lemah lembut. Jika Paulus memilih untuk bersikap tegas dan keras pada saat berhadapan muka, dia bisa menggunakan kuasa yang Tuhan berikan. Itu yang tidak dilakukan oleh Paulus, supaya jangan sampai ada yang mati di hadapan rasul, seperti peristiwa Ananias dan Safira.
Dengan pilihan itu, Paulus sepertinya kelihatan lemah di hadapan jemaat di Korintus. Paulus memilih untuk tidak menyombongkan diri serta tidak mau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri. Pada waktu itu ternyata ada orang yang mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri. Seharusnya yang bisa mengukur diri kita adalah orang lain. Kita tidak bisa menilai diri kita rendah hati atau baik hati. Seharusnya orang lainlah yang memberikan kesaksian tentang diri kita. Paulus sendiri tidak mau bermegah melampau batas yang telah ditentukan oleh Tuhan sendiri.
Memang Paulus menceritakan semua yang telah dilakukan dalam pelayanan, pemberitaan Injil serta mendirikan jemaat di berbagai kota. Hal itu diceritakan supaya orang-orang mendapatkan informasi tentang pelayanan dan semua yang telah dikerjakan oleh Paulus. Selanjutnya, penilaian diserahkan kepada orang-orang yang telah menerima informasi itu. Cerita Paulus bukan untuk pamer pelayanan, tetapi untuk memberikan informasi dan pertanggungjawaban kepada jemaat. Bahkan Paulus sebagai perintis jemaat pun dicurigai oleh jemaat yang dirintisnya sendiri. Hal ini menjelaskan bahwa memang ada orang-orang yang menjadi Kristen tetapi tidak benar-benar bertobat. Mereka tidak terima diberi nasihat dan ditegur kesalahannya oleh Paulus.
Dalam pelayanan pemberitaan Injil, Paulus konsisten sesuai dengan tugas panggilan yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Paulus sengaja memberitakan Injil ke tempat-tempat yang jauh dari Yerusalem. Dia dipanggil untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa lain, bangsa-bangsa di luar Yahudi. Paulus bermegah terhadap hasil pelayanannya, bukan bermegah atas hasil pelayanan para rasul yang lain. Paulus mengharapkan jemaat-jemaat yang dihasilkan dapat bertumbuh secara iman. Jemaat itulah yang seharusnya memberikan penghormatan lebih kepada Paulus, bukan jemaat yang didirikan dan dibangun oleh rasul yang lain.
Paulus ingin mengajak supaya orang Kristen setia dalam pelayanan, sesuai dengan porsi yang Tuhan percayakan kepada kita. Ketika pelayanan itu berhasil, kita diperbolehkan untuk bermegah, tetapi sebaiknya bermegah di dalam Tuhan. Kebanggaan diperbolehkan jika masih dalam batas kewajaran. Tapi kalau kebanggaan itu sudah di luar batas, akan disebut sebagai kesombongan. Memang antara kebanggaan dan kesombongan sangat sulit untuk dibedakan, tergantung dari sudut pandang orang yang melihat dan merasakannya. Bermegah di dalam Tuhan akan lebih mengarah pada ucapan syukur. Yang paling penting, bukan kita yang memuji diri sendiri, tetapi pujian dari Tuhan itulah yang terpenting. Orang yang memuji diri sendiri justru tidak akan tahan uji. Lebih baik kita bekerja dan melayani dengan giat, tanpa mengharapkan pujian. Hal itu akan membuat kita tahan uji dan konsisten dalam menjalani pekerjaan dan pelayanan kita.
Views: 11