2 Korintus 12:5-10
Paulus sengaja ingin memisahkan antara dirinya secara pribadi dengan dirinya sebagai rasul. Atas dirinya sebagai rasul, Paulus hendak bermegah. Tetapi atas dirinya secara pribadi, dia tidak mau bermegah, selain bermegah atas kelemahannya. Paulus juga memiliki kelemahan tubuh. Paulus juga tidak terlalu menonjolkan sesuatu yang ilahi yang ada di dalam dirinya. Dia ingin orang lain memandang dirinya seperti yang dilihat apa adanya sebagai manusia biasa, bukan sebagai rasul atau sebagai orang yang memiliki kuasa khusus dari Tuhan.
Memang sangat banyak penyataan Tuhan yang diberikan kepada rasul Paulus. Karena itulah dia bisa menulis banyak surat dan isinya sebagian besar adalah pengajaran yang digunakan sampai saat ini. Supaya Paulus tidak menjadi sombong karena mendapatkan banyak penyataan dari Tuhan, maka Paulus juga mendapatkan suatu duri di dalam daging. Duri dalam daging itu adalah seorang utusan Iblis yang bekerja untuk menggocoh Paulus, supaya ia tidak meninggikan atau menyombongkan dirinya sendiri. Karena pewahyuan yang Tuhan berikan, maka Paulus bisa menjelaskan secara detail tentang Yesus sebagai Juruselamat. Bukan hanya itu, Paulus juga menjelaskan tentang perubahan ibadah simbolik ke ibadah hakikat. Paulus yang bisa menjelaskan bahwa kita adalah imam atas diri kita sendiri dan Yesus Kristus sebagai Imam Besar. Kebenaran Perjanjian Lama bisa kita simak dari surat-surat yang ditulis oleh Paulus. Semua itu didapatkan oleh Paulus melalui penyataan-penyataan Tuhan yang luar biasa kepadanya.
Setiap kali Paulus mau menyombongkan diri, dia akan merasakan sakit sendiri, karena ada utusan Iblis yang menggocoh dia. Paulus bahkan sampai tiga kali berseru kepada Tuhan supaya utusan Iblis itu mundur. Tetapi Tuhan menjawab Paulus, “Cukuplah kasih karunia Tuhan bagi dia, karena justru dalam kelemahan Paulus maka kuasa Tuhan menjadi sempurna.” Tuhan tidak mau mengangkat duri dalam daging itu. Jika kita sakit dan ternyata Tuhan tidak memberikan kesembuhan, mungkin Tuhan memiliki tujuan tertentu, seperti yang terjadi pada Paulus. Karena itu, kita tidak perlu menunggu sakit atau menunggu sembuh dari penyakit, baru kita melayani dan memuliakan Tuhan. Kita tetap bisa melayani dan memuliakan Tuhan dalam kondisi apapun, termasuk dalam kondisi yang buruk sekalipun.
Jangan sampai kita terperangkap pada pengajaran yang mengatakan bahwa menjadi orang percaya itu bisa bebas dari sakit penyakit, atau menjadi orang Kristen itu pasti diberkati dan kaya. Tuhan bisa memakai kekayaan atau penyakit kita supaya memuliakan-Nya. Sembuh dari penyakit belum tentu merupakan kesaksian yang baik. Buktinya, Paulus tetap bisa bersaksi dan memberkati orang lain, meskipun kondisinya sedang tidak baik-baik saja.
Paulus rela hidup di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Paulus semakin yakin bahwa jika dia dalam kelemahan, maka sebenarnya dia sedang dikuatkan, karena kuasa Kristus turun menaunginya ketika dia bermegah atas kelemahannya. Paulus bersukacita jika Yesus dimuliakan melalui penderitaannya. Iman rasul Paulus ini menjadi contoh yang baik bagi kita, sehingga kita tidak mudah menyerah dalam penderitaan-penderitaan yang kecil dan sepele. Tuhan bisa dipermuliakan melalui seluruh perjalanan hidup kita, jika kita mau terus taat kepada-Nya, menjadi kesaksian yang hidup bagi orang lain.
Views: 2