Jelajah PB 265 (Lukas 18:9-14)

Yesus mengajarkan supaya setiap orang bisa menghormati orang lain. Yesus memberi pengajaran, khususnya kepada beberapa orang yang ada bersama-sama dengan Dia pada waktu itu, yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain. Kembali Tuhan Yesus mengajar dengan perumpamaan. Tuhan membandingkan antara dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa, yang satu adalah orang Farisi, sedangkan yang lain adalah pemungut cukai. Perumpamaan ini masih menyangkut hal berdoa.

Tidak ada orang yang boleh datang kepada Tuhan untuk berdoa dan menyombongkan diri di hadapan Tuhan. Tidak ada satu orang pun yang berhak untuk meninggikan diri di hadapan Tuhan. Di hadapan Tuhan, semua manusia di muka bumi ini sama-sama orang berdosa. Tidak ada orang yang lebih benar daripada orang lain di hadapan Tuhan. Orang Farisi datang kepada Tuhan untuk membenarkan dan meninggikan dirinya. Meskipun orang Farisi itu berdoa di dalam hati, tetapi Tuhan tahu betapa sombongnya dia. Dia menyombongkan diri dengan berkata: mengucap syukur karena dia berasa tidak sama dengan orang-orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim. bukan pezinah dan juga bukan seperti pemungut cukai, berpuasa dua kali seminggu dan memberikan persepuluhan dari segala penghasilannya. Sedangkan pemungut cukai datang kepada Tuhan dengan tertunduk dan tidak berani menengadah. Dia merasa orang yang sangat berdosa dan memerlukan belas kasihan dari Tuhan.

Hari ini, ketika kita percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, maka kita menjadi orang yang dibenarkan, menjadi orang-orang kudus. Kita dibenarkan bukan karena perilaku serta perbuatan kita. Kita dibenarkan karena iman kita, percaya bahwa Yesus telah mati untuk menggantikan kita dihukumkan. Karena itu, kita tidak bisa sekali-sekali untuk datang kepada Tuhan, berdoa kepada Tuhan dengan menyombongkan diri. Paulus saja, yang kita tahu bahwa pelayanan dan segala yang dilakukan sudah sangat maksimal di hadapan Tuhan, tetapi dia justru mengakui sebagai orang yang paling berdosa. Sikap demikianlah seharusnya ketika kita datang kepada Tuhan untuk berdoa.

Akhirnya, pemungut cukailah yang pulang kerumah sebagai orang yang dibenarkan oleh Tuhan. Dia mendapatkan anugerah dari Tuhan, yaitu pengampunan atas dosa-dosanya. Dia tahu bahwa segala perbuatannya tidak bisa menjamin dia selamat. Perbuatan yang dilakukan tidak akan cukup untuk menebus dosa dan kesalahan yang dilakukannya. Sedangkan orang Farisi pulang tetap membawa kesombongan. Orang Farisi tidak mempunyai rasa salah dan dosa. Dia merasa paling benar karena beranggapan bahwa semua yang sudah dilakukannya bisa membawa keselamatan bagi dirinya. Orang yang merasa tidak bersalah dan tidak berdosa, tidak membutuhkan pengampunan. Orang tersebut tidak membutuhkan Juruselamat. Orang tersebut juga tidak memerlukan pertobatan, karena mereka tidak merasa perlu untuk bertobat.

Tetapi Tuhan kemudian berkata bahwa barangsiapa meninggikan diri, justru ia akan direndahkan. Tetapi barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan. Jika kita berdoa, menghadap kepada Tuhan, maka kita harus benar-benar menghormati Tuhan. Sebagai orang berdosa, kita sebenarnya tidak layak untuk datang kepada Tuhan. Jika kita diberi kesempatan untuk datang kepada Tuhan, semua itu semata-mata adalah karena anugerah Tuhan, bukan hasil usaha kita. Kita bukan apa-apa jika tidak ada di dalam Yesus.

Views: 5

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top