Jelajah PB 249 (Lukas 15:1-7)

Tuhan kembali menggunakan perumpamaan dalam mengajar kepada orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Perumpamaan ini dipakai untuk menyindir mereka, karena para pemungut cukai dan orang berdosa (menurut orang-orang Farisi dan ahli Taurat) suka mendengar pengajaran Yesus dan ternyata Yesus tidak menolak mereka. Pada waktu itu para pemungut cukai dianggap sebagai orang yang sangat berdosa. Mungkin hal tersebut terjadi karena sistem pajak yang pada waktu itu diterapkan oleh mereka. Selain itu, jabatan yang berhubungan dengan uang biasanya sangat rentan terhadap korupsi.

Pada saat itu, setiap pemungut cukai diberi kewenangan terhadap suatu daerah tertentu. Mereka mendapatkan target tertentu dari pemerintah Romawi untuk disetorkan. Karena itu, pemungut cukai harus bisa memenuhi setoran itu, bagaimanapun caranya. Karena itu, seringkali pemungut cukai harus menekan rakyat di wilayah tersebut untuk membayar pajak. Rakyat biasanya dituntut untuk membayar pajak yang tinggi, sehingga pemungut cukai itu bisa mengambil keuntungan dari pembayaran pajak tersebut. Mereka bisa menekan dan memaksa rakyat, karena mereka memiliki kewenangan tertentu yang diberikan oleh pemerintah Romawi pada waktu itu. Karena itu pemungut cukai dianggap sebagai kaki tangan penjajah. Seringkali terjadi ketegangan dan reaksi yang tidak baik antara pemungut cukai dengan rakyat di wilayah tersebut. Karena itu pemungut pajak sangat tidak disukai oleh orang lain.

Tetapi, ternyata ada juga pemungut cukai yang sudah bertobat. Mungkin juga banyak di antara mereka yang terpaksa harus hidup dengan profesi ini. Matius, ketika dia dipanggil untuk mengikut Yesus, segera meninggalkan begitu saja profesinya. Demikian juga dengan Zakeyus, yang kemudian berjanji untuk mengembalikan uang hasil pemerasan pajak dan sebagian kekayaannya dibagikan kepada orang miskin. Artinya, siapapun kita dan apapun profesi kita, tidak ada batasan untuk tidak percaya kepada Yesus. Semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk bertobat dan percaya Yesus.

Orang-orang Farisi dan ahli Taurat seringkali mudah untuk menganggap orang lain berdosa, sedangkan kalangan mereka sendiri tidak pernah mereka anggap sebagai orang berdosa. Mereka adalah orang-orang yang sombong secara rohani, mereka tidak mau menyadari bahwa mereka sebenarnya juga orang yang berdosa. Seharusnya, di dunia ini tidak ada orang yang tidak berdosa. Karena itulah Tuhan Yesus mengatakan perumpamaan tentang gembala yang kehilangan domba. Gembala seharusnya menjaga seluruh domba yang ada padanya. Karena itu, jika ada domba yang hilang, seharusnya gembala mencari domba itu.

Yang diumpamakan sebagai gembala di dalam perumpamaan itu adalah Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus adalah Gembala yang baik. Selain Tuhan Yesus, tidak ada gembala yang baik. Jika manusia menjadi gembala, pasti penuh dengan keterbatasan dan kelemahan. Manusia yang menjadi gembala saat ini bukanlah mahakuasa. Mereka bisa menjadi gembala, tentu dengan segala keterbatasan. Mereka tidak bisa mengetahui persoalan dari domba, jika domba tersebut tidak memberitahunya. Karena itu, jika kita datang kepada Yesus, menyerahkan kehidupan kita, maka Dia pasti menolong kita. Saat ini, yang harus diusahakan oleh gembala secara manusia adalah menuntun domba untuk mengerti tentang firman Tuhan dan mengajaknya untuk melakukan firman Tuhan. Inilah yang utama dan yang paling penting.

Views: 10

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top