Yesus mengatakan perumpamaan tentang pohon ara di kebun anggur, dicari buahnya pada pohon itu tetapi tidak menemukannya. Orang yang sudah bertobat seharusnya menghasilkan buah pertobatan. Memang tidak serta merta bahwa orang yang bertobat pada saat ini langsung menghasilkan buah pertobatan. Buah itu akan muncul dalam kehidupan, secara bertahap, pada saat sedang menjalani kehidupan sehari-hari. Demikian juga dengan buah Roh, akan muncul pada saat orang tersebut sudah percaya kepada Yesus dan hidupnya dimateraikan oleh Roh Kudus.
Buah pertobatan muncul ketika seseorang menyadari bahwa dirinya bersalah dan berdosa. Buah pertobatan ini muncul dalam bentuk ketika orang tersebut tidak mau lagi melakukan kesalahan atau dosa masa lalu yang pernah membelenggu kehidupannya. Dia akan menjadi manusia baru, yang benar-benar mengalami perubahan dan pembaharuan hidup.
Pemilik kebun itu berkata kepada penggarap supaya menebang saja pohon ara yang tidak mau berbuah itu. Tetapi penggarap itu mengusulkan supaya dibiarkan tumbuh dan mencangkul kembali sekelilingnya serta memberi pupuk. Mungkin firman Tuhan tidak diterima dan orang ini tidak menghasilkan buah. Bisa jadi orang tersebut tidak sungguh-sungguh bertobat dan percaya kepada Yesus dengan motivasi yang benar. Perumpamaan ini sebenarnya adalah kelanjutan dari pengajaran Yesus tentang pertobatan, di ayat sebelumnya.
Selanjutnya, Yesus kembali melakukan sesuatu di hari Sabat. Sepertinya Tuhan Yesus sengaja melakukan hal ini di depan orang-orang Yahudi. Tuhan Yesus sedang mengajarkan sesuatu yang baru, tetapi mereka tidak mau menanggapinya. Bukan hanya pada waktu itu, hari ini pun masih ada beberapa kalangan orang Kristen yang tetap menganggap hari Sabat (Sabtu) sebagai hari yang dikhususkan. Hal itu terjadi karena ada yang belum mengerti sebenarnya tentang makna hari Sabat tersebut.
Tuhan memerintahkan untuk mengkhususkan hari Sabat di dalam Perjanjian Lama karena itu adalah satu paket ibadah simbolik. Demikian juga dengan nama Jehova (YHWH) serta persembahan domba di atas mesbah. Sebagai simbol seseorang menghormati Tuhan pada waktu itu, maka mereka juga harus menghormati hari Sabat tersebut. Demikian juga dengan nama YHWH, yang juga disebut sebagai AKU ADALAH AKU (Kel 3:14). Ini adalah nama yang dipakai sebagai simbol di Perjanjian Lama bahwa kita menghormati nama-Nya.
Hari Sabat adalah simbol kita mematuhi Tuhan, tunduk kepada-Nya. Maka, sesuai dengan perintah Tuhan, kita tidak bisa melakukan apa-apa pada hari itu, jika kita masih hidup di dalam zaman Perjanjian Lama. Simbol itu berlaku sampai yang disimbolkan tiba, sampai Tuhan Yesus sendiri tiba. Pengorbanan domba di atas mezbah itu juga simbol, simbol dari penghukuman sang Juruselamat. Melalui penghukuman itu, dosa seisi dunia dijatuhkan.
Ketika Tuhan Yesus hadir di dunia, maka selesailah semua tugas dari simbol-simbol tersebut. Nama YHWH pun kemudian tidak dipakai di Perjanjian Baru, supaya YHWH bisa dikenal di dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Orang Yahudi tidak mau mengerti tentang hal ini, sehingga mereka sangat mensakralkan hari Sabat, sehingga di hari itu pun tidak diperbolehkan untuk melakukan kebaikan. Mereka melaukan itu dengan kemunafikan.
Views: 5