Jelajah PB 210 (Lukas 8:16-18)

Yesus melanjutkan kembali pengajarannya dengan menggunakan perumpamaan mengenai pelita. Pelita adalah sebuah benda yang dipakai untuk menerangi suatu tempat yang gelap. Karena itu tidak mungkin pelita itu dinyalakan lalu diletakkan di bawah benda lain, sehingga menutupi cahayanya. Jika demikian, maka pelita itu tidak berfungsi untuk menerangi. Pelita pastinya ditempatkan di atas kaki dian, supaya bisa menerangi tempat itu dan berfungsi dengan semestinya.

Firman Tuhan itu juga disebut sebagai terang yang menerangi kegelapan. Karena itu, firman juga bisa menyatakan sesuatu yang tersembunyi. Dia akan memberitahu mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang harus diperbaiki dan mana yang harus dilanjutkan. Firman Tuhan bisa menegor seseorang, supaya orang yang bersalah itu bertobat dan dia mendapatkan kasih karunia Tuhan. Dari perumpamaan ini Yesus menegaskan supaya orang-orang memperhatikan cara mereka saat mendengarkan firman Tuhan.

Siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya. Yesus mengajarkan semua ini setelah Dia mengajarkan tentang penaburan benih itu, sehingga ini adalah kelanjutan dari pengajaran di atasnya. Sifat hati seseorang lah yang menentukan jenis tanah yang ditabur benih, apakah di tepi jalan, di tempat berbatu, di semak duri atau di tanah yang subur. Ini adalah macam-macam sikap orang terhadap perkara sorgawi atau perkara rohani. Bisa dipastikan bahwa saat ini hati manusia banyak dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat materi dan duniawi, sehingga terkadang sangat sedikit hati manusia yang mau menyikap perkara sorgawi atau rohani. Terkadang hati manusia bukan hanya dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat materi, jasmani dan duniawi, tetapi juga dipenuhi dengan dendam, iri hati dan hal-hal lain yang negatif. Tidak ada sisa sedikitpun di dalam ruangan hatinya untuk memperhatikan perkara rohani. Jika hatinya tidak ada ruang untuk Tuhan dan untuk perkara rohani, pasti dia juga tidak akan ada waktu untuk hal-hal tersebut. Tidak ada sedikitpun kerinduan untuk memahami perkara rohani.

Akhirnya waktunya hanya dipakai untuk mengejar hal-hal yang duniawi. Memang rajin itu baik. Tetapi jika kita tidak menyisihkan ruangan di dalam hati untuk mengejar perkara rohani, maka celakalah kita. Kita tidak tahu apa sebenarnya tujuan kita dilahirkan dan hidup di dunia ini. Hanya repot dengan hal-hal duniawi kemudian mati masuk neraka, sungguh sia-sia hidup yang seperti itu. Karena itulah Tuhan terus mengingatkan kita supaya mempunyai prioritas yang jelas, yaitu mengejar perkara-perkara rohani. Tuhan rindu kita pergi ke tempat-Nya di sorga, supaya kita bisa bersama-sama dengan Dia selamanya. Kita bisa menikmati kebahagiaan sorgawi.

Barangsiapa tidak mempunyai keinginan akan perkara rohani, maka apa yang ada padanya akan diambil. Sebenarnya orang tersebut tidak punya apa-apa selain nyawa atau jiwanya. Itulah yang akan diambil. Hal itu adalah peristiwa yang sangat mengerikan. Tetapi barangsiapa mempunyai keinginan akan perkara rohani, akan pengenalan kepada Tuhan yang lebih dalam, maka mereka akan mendapatkan lebih. Jiwa mereka akan selamat dan mereka akan mendapatkan kemuliaan selama-lamanya bersama dengan Bapa di sorga. Pilihan ada di tangan kita. Jika pada saat ini kita masih terus mengejar perkara duniawi dan lupa dengan perkara rohani, ini adalah saat yang tepat untuk bertobat. Ini adalah saat yang tepat untuk mengalihkan pandangan kita, mengejar perkara rohani lebih daripada perkara duniawi.

Views: 20

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top