Jelajah PB 194 (Lukas 6:1-11)

Peristiwa yang terjadi pada pembacaan hari ini adalah mengenai hari Sabat. Pernyataan yang penting ada di ayat 5, yaitu “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Memang sulit untuk memahami tentang hal ini jika kita tidak mengetahui perbedaan antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Hari Sabat sebenarnya adalah hari di mana Tuhan beristirahat setelah menciptakan langit bumi dan segala isinya. Hari Sabat atau hari ketujuh dipakai secara simbolik untuk menghormati Tuhan.

Tugas untuk memelihara hari Sabat sudah selesai sejak yang disimbolkan datang ke dalam dunia. Ketika Tuhan Yesus datang ke dunia sebagai Mesias dan Juruselamat, seharusnya kita menghormati Yesus lebih daripada hari Sabat, karena Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Kita tidak perlu menghormati hari Sabat melebihi dari Yesus itu sendiri. Karena itulah, hari ini, orang-orang Kristen melaksanakan kebaktian pun tidak pada hari Sabat (hari ketujuh) tetapi hari Minggu (hari pertama) yang juga bertepatan dengan hari kebangkitan Tuhan Yesus.

Sebenarnya tugas dari seluruh ibadah simbolik selesai ketika Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Yesus sebagai sang Juruselamat, yang diperkenalkan oleh dia pada saat berada di sungai Yordan. Saat ini kita berada di zaman Perjanjian Baru dan beribadah secara hakikat, yaitu menyembah Tuhan secara hati bukan lagi secara simbolik atau secara badan.

Karena itulah Tuhan Yesus membiarkan para murid untuk memetik bulir gandum dan memakannya, pada hari Sabat. Orang-orang Farisi melihat itu merasa keberatan. Memang mereka membuat hukum yang aneh-aneh mengenai hukum Taurat. Bahkan orang tidak boleh menggiling gandum untuk dimakan pada hari Sabat. Bahkan di hari Sabat pun tidak boleh menyembuhkan orang. Bisa dibayangkan jika ada keluarga yang perlu pertolongan pada hari Sabat tetapi ternyata dilarang untuk memberikan pertolongan. Hal ini tentu sangat merugikan dan aturan ini sangat tidak masuk akal. Orang-orang Farisi seringkali membuat aturan yang bisa menjerat orang lain, tidak sesuai dengan yang pernah diperintahkan oleh Musa. Mereka menambah-nambahi sesuatu yang tidak berfaedah sama sekali. Mereka sepertinya tidak memahami tujuan Tuhan memerintahkan ibadah simbolik tersebut.

Untuk menjelaskan tentang hal tersebut, Tuhan Yesus membandingkan apa yang dilakukan oleh para murid dengan apa yang pernah dilakukan oleh Daud. Suatu saat Daud dan para pengikutnya merasa lapar, lalu ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian dan memakannya serta memberikan juga kepada pengikut-pengikutnya. Padahal roti itu tidak boleh dimakan keculai oleh para imam.

Demikian juga ketika Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya. Para ahli Taurat dan orang Farisi mengamat-amati apa yang akan dilakukan oleh Yesus. Mereka mencoba untuk mencari kesalahan dari Yesus. Ketika Yesus menyembuhkan orang tersebut, mereka sangat marah dan bersepakat untuk mencelakai Yesus. Hukum yang diberikan oleh Tuhan sebenarnya harus dipakai untuk kebaikan, tetapi ini justru dipakai untuk menjerat. Dan mereka melegalkan perbuatan-perbuatan yang jahat atas manusia ketika manusia itu melanggar hukum. Tetapi yang dilanggar ternyata bukan hukum Tuhan yang murni, tetapi hukum yang telah ditambah-tambahi oleh orang Farisi dan para ahli Taurat.

Views: 8

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top