Orang-orang Farisi berkata kepada Yesus bahwa murid-murid Yohanes sering berpuasa dan sembahyang, demikian juga dengan murid-murid orang Farisi. Kemudian mereka membandingkan dengan murid-murid Yesus yang sepertinya tidak pernah berpuasa. Murid-murid Tuhan Yesus selalu makan dan minum. Di sini kita melihat ada perselisihan atau perbedaan konsep soal berpuasa. Tuhan Yesus dan para murid sedang memperkenalkan era baru, salah satunya juga mengenai puasa. Tuhan Yesus sedang memperkenalkan penyembahan atau sembahyang secara hakikat.
Di dalam hakikat, doa bukan lagi sebuah ibadah. Doa sudah murni menjadi sarana komunikasi antara orang percaya dengan Tuhan. Demikian juga dengan puasa. Puasa juga tidak lagi sebagai ibadah. Puasa dilakukan oleh orang-orang percaya ketika mereka sedang serius untuk menggumuli sesuatu yang lebih penting daripada soal makanan atau minuman. Sebenarnya, makan itu sendiri merupakan sesuatu yang sangat serius dan sangat dibutuhkan oleh manusia. Tetapi ketika ada sesuatu yang lebih penting daripada soal makan dan minum, maka itulah saatnya orang percaya akan berpuasa.
Berpuasa tidak boleh dimaksudkan untuk “menyogok” atau “menyuap” Tuhan. Berpuasa seharusnya tidak dipakai untuk meminta belas kasihan dari Tuhan. Ketika kita masuk ke dalam ibadah hakikat, maka orang percaya menyembah Tuhan dengan hati. Artinya kita dinilai kudus bukan dari badan tetapi dari hati. Saat ini bukan lagi saatnya untuk melakukan doa puasa dengan membabi buta. Jangan sampai puasa dipakai untuk menyiksa diri sehingga timbul belas kasihan dari pihak Tuhan.
Yesus sendiri berkata bahwa ketika Yesus masih ada di dunia, maka para murid tidak akan berpuasa. Tetapi akan datang saatnya, ketika Tuhan Yesus tidak ada di dunia, maka mereka akan berpuasa. Memang meskipun tidak tercatat secara langsung bahwa para rasul berpuasa, tetapi kehidupan mereka seringkali berkekurangan. Mereka lebih mementingkan memberitakan Injil daripada hanya sekedar untuk makan dan minum. Mereka terlalu serius untuk segera menyebarkan berita Injil kepada banyak orang. Mereka seringkali tidak ambil pusing soal kehidupan dan kebutuhan pribadi mereka. Segala sesuatu saja ditinggalkan oleh mereka untuk mengikut Yesus, apalagi hanya soal urusan makan dan minum.
Yesus juga menjelaskan pergantian dari ibadah simbolik ke ibadah hakikat dengan perumpamaan. Yesus memberi perumpamaan tentang menambal baju. Tidak seorang pun mengoyakkan secarik kain dari baju yang baru untuk menambalkannya dengan baju yang tua. Jika itu terjadi, maka yang baru itu juga akan koyak dan tidak cocok dengan kain yang sudah tua yang ditambal itu. Seharusnya baju yang tua dengan kain yang tua, demikian juga baju baru dengan kain yang baru.
Perumpamaan yang kedua soal mengisikan anggur baru ke dalam kantong kulit yang tua. Jika hal itu terjadi, maka anggor baru itu akan mengoyakkan kantong yang sudah tua dan anggur itu akan terbuang serta kantongnya akan rusak.
Yesus ingin mengatakan bahwa saat itu seharusnya orang-orang Farisi siap untuk memasuki era baru, era di mana setiap orang percaya harus menyembah di dalam roh dan kebenaran, yaitu era setelah kedatangan sang Mesias dan Juruselamat.
Views: 13