Jelajah PB 166 (Markus 15:33-39)

Di ayat 32 dikatakan bahwa dua orang penyamun yang disalibkan bersama Tuhan Yesus juga mencela Yesus. Tetapi kemudian salah satunya bertobat karena lebih berhikmat. Memang kita adalah orang berdosa, pernah hidup di dalam dosa. Tetapi puji Tuhan jika kita bisa berhikmat dan akhirnya bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Sangat beruntung ketika kita masih bisa menyadari bahwa kita adalah orang yang berdosa dan sekarang mengambil keputusan untuk hidup di dalam anugerah Tuhan. Kita patut sangat bersyukur karena Tuhan Yesus mau datang untuk menanggung dosa kita di atas kayu salib. Salib adalah cara Tuhan untuk menyelesaikan dosa. Salib digunakan untuk menyelesaikan dosa dijatuhi hukuman.

Ketika kita percaya kepada Yesus, maka kita menjadi orang kudus. Orang kudus bukanlah gelar yang diberikan oleh gereja bagi orang-orang tertentu. Orang kudus adalah orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Artinya, dosa orang tersebut sudah diselesaikan oleh Tuhan Yesus di atas kayu salib, ketika mereka menyatakan bertobat dan percaya kepada Yesus. Karena itulah rasul Paulus ketika menulis surat kepada jemaat-jemaat, seringkali menggunakan kata-kata “kepada orang-orang kudus” yang dikuduskan dalam Yesus Kristus.

Salib yang dulunya kehinaan, sekarang menjadi simbol yang baik. Meskipun demikian, ternyata pada saat ini juga ada orang yang tidak menyukai simbol salib. Mereka tidak mengerti bahwa simbol salib ini bisa mengingatkan penderitaan Yesus menebus dosa manusia. Atau mungkin mereka memang dipakai oleh Iblis untuk menghina simbol salib, karena tahu bahwa peristiwa salib ini yang mengalahkan Iblis. Peristiwa salib ini yang menyebabkan Iblis tidak berkuasa lagi atas manusia yang bertobat dan percaya kepada Tuhan. Padahal kalau dipikir dengan akal sehat, tidak ada alasan orang membenci kayu tersebut. Tetapi saat ini salib disimbolkan juga dengan benda-benda berharga, seperti emas. Iblis sangat tidak senang dengan salib. Karena dengan salib itu Yesus Kristus telah menyelesaikan dosa.

Pada jam dua belas (di dalam KJV disebut jam enam), kegelapan meliputi semua daerah itu. Hal itu berlangsung sampai jam tiga sore. Pada jam tiga itu Yesus berseru dengan suara nyaring “Eloi, Eloi, lamasabakhtani?” Saat ini Yesus tidak memanggil Bapa, tetapi memanggil Tuhan. Karena pada saat itu, ketika Yesus tergantung di kayu salib, posisi-Nya adalah sebagai Anak Manusia. Dia sedang berposisi sebagai manusia yang penuh dosa dan sedang dijatuhi hukuman mati. Karena posisi-Nya itu maka Tuhan pun tidak memandang-Nya. Bahkan langit pun menjadi gelap, sehingga Dia berseru-seru dengan nyaring. Dosa dunia sedang dijatuhi hukuman oleh Tuhan yang Maha Adil.

Memang Tuhan juga disebut sebaga Tuhan yang maha kasih. Tetapi yang harus diingat, bahwa Dia juga Tuhan yang maha suci dan maha adil. Karena Dia Tuhan yang maha suci maka tidak akan ada dosa yang menghampiri-Nya. Dosa sekecil apapun tidak bisa masuk ke sorga, karena sorga adalah tempat Tuhan yang maha suci. Dia juga Tuhan yang maha adil, sehingga dosa harus diselesaikan. Bentuk kemaha-kasihan Tuhan terjadi ketika Dia menyerahkan Anak-Nya yang tunggal untuk menebus dosa manusia, yaitu Yesus Kristus Tuhan. Jika dosa tidak diselesaikan, maka manusia yang berdosa tidak akan mungkin bisa masuk sorga. Setelah Yesus berteriak nyaring, maka Yesus mati sebagai manusia. Waktu kepala pasukan berdiri di hadapan Yesus dan melihat bagaimana cara Ia mati, maka kepala pasukan itu berkata, “Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!”

Views: 12

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top