Jelajah PB 161 (Markus 14:60-65)

Imam besar berdiri dan bertanya kepada Yesus, mengapa tidak menjawab tuduhan dari para saksi-saksi yang ada? Tetapi Tuhan Yesus dia karena memang tidak perlu ada yang dijawab. Semua kesaksian itu adalah palsu, tidak ada yang benar dan mengada-ada. Selain itu, posisi Tuhan Yesus pada saat itu adalah sebagai Domba, yaitu Domba yang dikorbankan di atas mezbah. Domba yang di atas mezbah tidak bisa berbuat apa-apa.

Lalu imam besar itu bertanya sekali lagi apakah Yesus adalah Mesias? Imam besar juga ingin menegaskan, apakah Yesus mau disebut sebagai Anak Yang Terpuji (atau Anak Allah). Karena sebenarnya imam besar tahu bahwa sebutan Anak Yang Terpuji (atau Anak Allah) itu artinya Tuhan sendiri. Lalu Yesus menjawab bahwa Dia memang Mesias. Yesus melanjutkan pernyataan-Nya bahwa imam besar tersebut akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di tengah-tengah awan-awan di langit.

Mendengar itu, imam besar sangat kaget. Karena itu, imam besar langsung mengoyakkan pakaiannya dan memberi pernyataan bahwa Yesus menghujat Allah. Tidak perlu saksi lagi karena sudah mendengarkan pernyataan Yesus secara langsung dan itu dianggap oleh imam besar sebagai penghujatan terhadap Tuhan. Akhirnya, dengan suara bulat, mereka memutuskan bahwa Yesus harus dihukum mati.

Setelah hal itu, maka penganiayaan dimulai. Beberapa orang mulai meludahi Yesus, ada yang menutup muka-Nya dan meninju-Nya. Demikian juga para pengawal mulai memukul Yesus.

Lihatlah, anak-anak Iblis selalu memakai kekerasan. Mereka yang memukul Yesus pernah menyebut sebagai anak-anak Abraham. Tetapi Tuhan Yesus berkata bahwa mereka bukanlah anak-anak Abraham. Mereka adalah anak-anak Iblis. Demikian juga kita pada saat ini, kita bisa mengaku bahwa kita murid Yesus. Kita mengaku bahwa kita orang Kristen. Kita bisa mengaku bahwa kita murid Yesus Kristus. Kita mengaku bahwa kita adalah anak perjanjian. Tetapi jika perilaku kita masih suka dengan kekerasan, maka sebenarnya kita bukanlah murid Yesus Kristus yang sesungguhnya. Jika kita masih suka menggunakan kekerasan kepada orang lain, sesungguhnya kita pun bukan anak Tuhan. Dari perbuatan kitalah, kita dilihat dan dinilai oleh orang.

Banyak orang seringkali bertindak tanpa berpikir jernih terlebih dahulu. Satu orang berbuat jahat dan kekerasan, yang lain mudah untuk mengikutinya. Apalagi Tuhan Yesus berada di tengah-tengah kerumunan massa yang sudah tidak bisa dikendalikan lagi, karena pemimpinnya melakukan kekerasan. Mereka tidak mau duduk tenang untuk berpikir. Dan mereka sendiri sebenarnya tidak tahu apa yang sedang mereka perbuat.

Massa atau segerombolan orang sangat sulit untuk dikendalikan, apalagi dalam hal kekerasan. Emosi semakin meningkat, maka apa yang mereka lakukan semakin membabi buta. Satu orang berteriak “salibkan Dia” maka yang lain akan sangat mudah untuk mengikutinya. Tetapi semua perbuatan orang tersebut, nanti pasti juga akan dituntut di hadapan Tuhan, semua perbuatan jahat yang sudah mereka lakukan. Mereka akan dituntut di depan Yesus, karena Yesus adalah Hakim bagi semua umat manusia di muka bumi ini.

Views: 8

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top