Jelajah PB 156 (Markus 14:26-31)

Pada saat mereka mengadakan perjamuan Tuhan, Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid untuk menyanyikan pujian. Hal inilah yang mungkin melatarbelakangi kekristenan sampai saat ini selalu menyanyikan pujian pada saat pertemuan kebaktian atau persekutuan. Di awal masa kekristenan memang tidak banyak orang Kristen yang menyanyikan puji-pujian rohani. Hal itu kemungkinan besar disebabkan oleh penganiayaan yang terjadi terhadap orang Kristen selama beberapa abad, terutama di awal kekristenan berkembang. Mereka dicari, ditangkap, dianiaya, bahkan dibunuh. Orang Kristen pada waktu itu harus bersembunyi, supaya tidak ditangkap. Ketika mereka mengadakan kebaktian, berkumpul di suatu tempat, kemungkinan besar mereka tidak akan bersuara keras, karena takut ketahuan dan ditangkap. Mereka pasti tidak bisa bernyanyi dengan suara keras. Atau bahkan mungkin tidak bernyanyi, tetapi lebih kepada pendalaman firman Tuhan. Pada saat perjamuan, Tuhan Yesus dan para murid tercatat sedang menyanyikan pujian. Kita tidak tahu lagu apa yang dinyanyikan pada saat itu.

Setelah itu mereka pergi ke bukit Zaitun. Di dalam perjalanan, Tuhan Yesus berkata bahwa iman para murid akan tergoncang. Ternyata hal itu juga sudah dinubuatkan oleh nabi Zakaria (Zak 13:7). Gembala akan dipukul dan domba-domba akan tercerai berai. Mendengar apa yang dikatakan oleh Yesus, Petrus berkata bahwa imannya tidak akan tergoncang, meskipun yang lain imannya akan tergoncang. Beginilah sifat Petrus, selalu menyatakan apa yang menurutnya baik meskipun belum tahu apa yang nanti akan terjadi. Yesus kemudian melanjutkan perkataannya bahwa pada malam itu juga Petrus akan menyangkal Yesus sebelum ayam berkokok. Tetapi ternyata Petrus berkata lebih sungguh-sungguh lagi bahwa imannya tidak akan goncang. Petrus berkata bahwa ia tidak akan menyangkal Tuhan Yesus dan yang lain pun berkata seperti apa yang Petrus katakan.

Sebagai orang percaya, baik juga kita mempunyai tekad seperti Petrus. Kita harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya supaya tidak goncang iman. Jangan sampai kita punya semangat di awal seperti Petrus, tetapi juga mencontoh penyangkalan Petrus. Kita belajar dari semangatnya Petrus dan kita belajar dari kegagalan Petrus, supaya kita tidak gagal seperti dia. Hari-hari ini, kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan kita. Bisa jadi Tuhan mengizinkan kita untuk memilih, antara tetap beriman kepada Yesus Kristus atau menyangkal Yesus Kristus. Ketika kita punya tekad seperti itu, lebih baik kita merendahkan hati kita dihadapan Tuhan, supaya kita tidak menyangkal Yesus. Mungkin kita tidak kuat, karena itu kita minta pertolongan Roh Kudus, supaya memberi kekuatan kepada kita, untuk tetap setia kepada Yesus Kristus sampai kapan pun juga, dalam keadaan bagaimanapun juga.

Seringkali kita diperhadapkan dengan keadaan yang menurut kita tidak adil. Menjadi orang Kristen tidak mudah. Ada banyak yang harus kita hadapi. Jika kita baru bertobat dan percaya kepada Yesus, mungkin kita menghadapi keluarga yang tidak setuju dengan keputusan kita. Ketika kita sudah menjadi Kristen dan hidup di dalam Tuhan, mungkin lingkungan kita juga tidak setuju dengan kita. Meskipun kita tidak pernah melakukan hal-hal yang merugikan orang lain. Di dalam sejarah juga demikian. Yesus bukanlah orang yang mempunyai kesalahan, tetapi Dia dihina dan dihukum mati. Para rasul, kita melihat bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak mau merugikan orang lain. Tetapi cara hidup mereka secara duniawi tidaklah menguntungkan. Mereka dicari kesalahannya, padahal tidak bersalah. Hari-hari ini kita juga demikian. Meskipun kita tidak bersalah, tetapi seringkali juga dicari kesalahannya. Karena itu, harus tetap kuat menjadi orang Kristen yang tetap setia dan taat kepada Tuhan, apapun yang terjadi.

Views: 177

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top