Jelajah PB 138 (Markus 11:13-16)

Yesus pergi mencari makan. Dari jauh Yesus melihat pohon ara yang sudah berdaun. Tetapi sampai di sana Dia tidak mendapati buah ara. Tentu Tuhan Yesus sudah tahu bahwa pohon ara itu tidak berbuah. Memang pada saat itu tidak sedang musim buah ara. Tetapi Dia sengaja mendapati pohon ara itu, karena ada sesuatu yang ingin Ia sampaikan kepada para murid. Paling tidak, ketika kita membaca kisah ini, kita bisa melihat bahwa pohon pun harus tunduk kepada Dia. Dengan sepatah kata dari Yesus, maka pohon itu menjadi kering semuanya. Penciptanya sedang datang untuk mencari buah, tetapi pohon itu tidak memberikan buah untuk Penciptanya.

Demikian juga dengan kita, ketika Pencipta kita mendapati kita tidak berbuah, maka sebenarnya tidak ada guna kita hidup. Hal ini patut kita renungkan dengan sungguh-sungguh. Kita harus memberi jawab kepada Tuhan, selagi Dia membutuhkan kita sebaiknya kita juga berguna bagi Dia.

Kemudian Yesus bersama dengan para murid pergi ke kota Yerusalem dan masuk ke Bait Allah. Lalu Tuhan Yesus mengusir orang-orang yang sedang berjual beli di halaman bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan. Yesus juga melarang orang-orang supaya tidak membawa barang-barang dan melintasi halaman bait Allah. Tuhan Yesus melakukan semua itu karena sedang memposisikan Diri-Nya sebagai Raja dari segala raja yang sedang masuk ke dalam istana-Nya. Seharusnya Bait Allah pada saat itu adalah istana Maha Raja, yaitu istana Tuhan Yesus Kristus. Rumah itu (Bait Allah) seharusnya dipakai untuk orang datang menyembah kepada Tuhan, semua orang dari segala bangsa.

Sebenarnya tempat itu (Bait Allah) sudah diatur sedemikian rupa. Ada tempat yang dipakai untuk orang Yahudi, ada tempat untuk perempuan. Halaman Bait Allah dibuat seluas mungkin supaya semua bangsa (non-Yahudi) bisa datang untuk menyembah Tuhan di Bait Allah tersebut. Tetapi justru, oleh orang-orang Yahudi, tempat itu dimanfaatkan oleh mereka untuk berjualan binatang korban. Sebelum Yesus datang ke dunia, orang Yahudi dan non-Yahudi mendapatkan kesempatan untuk beribadah secara simbolik. Karena itulah mereka perlu binatang korban untuk ibadah tersebut. Binatang korban yang dikorbankan itu adalah simbol dari Tuhan Yesus sendiri, yang kemudian dikorbankan di atas kayu salib untuk menebus dosa seluruh umat manusia di dunia.

Jika orang-orang tersebut datang dari luar Yerusalem atau bahkan dari luar Israel, tentu akan sangat merepotkan jika mereka harus membawa domba. Kita tidak bisa membayangkan jika orang-orang Roma yang akan ikut menyembah Tuhan harus membawa binatang korban dari Roma. Lebih mudah bagi mereka pergi ke Yerusalem dengan membawa uang. Sampai di Yerusalem mereka bisa membeli binatang korban untuk dikorbankan sebagai ibadah simbolik mereka.

Sepertinya para pedagang binatang korban selalu berusaha untuk bisa berdagang sedekat mungkin dengan Bait Allah. Kemungkinan besar ada juga “permainan” dengan para imam di Bait Allah, sehingga pada akhirnya mereka bisa menjual bahan-bahan persembahan di halaman Bait Allah.  Halaman yang cukup luas yang dirancang dan diperuntukkan bagi orang-orang non-Yahudi menyembah Tuhan, dipakai oleh para pedagang untuk berdagang.

Dengan kata lain, orang-orang Yahudi telah menghalangi orang-orang non-Yahudi untuk menyembah Tuhan. Ini adalah perbuatan yang sangat tidak baik, yang dilakukan oleh para imam dan pedagang tersebut. Pasti para imam juga menerima uang dari pedagang-pedagang itu, sehingga mereka mengizinkan para pedagang berdagang di halaman Bait Allah. Jika tidak, maka pedagang itu pasti sudah diusir dan tidak diperbolehkan untuk berdagang di halaman Bait Allah.

Views: 22

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top