Jelajah PB 115 (Markus 7:1-17)

Di pasal ini diceritakan bahwa pernah pada suatu kali, serombongan orang Farisi dan beberapa ahli Taurat dari Yerusalem datang menemui Yesus. Mereka pernah melihat para murid makan dengan tanpa cuci tangan sebelumnya. Mungkin peristiwa ini terjadi saat para murid sedang lapar dan mereka berjalan di ladang gandum. Pada saa itu tidak ada air dan mereka memetik bulir gandum, menggilingnya dengan tangan dan memakannya. Ternyata hal tersebut dilihat oleh orang Farisi, kemudian mereka menceritakan apa yang mereka lihat kepada orang-orang lain. Karena itulah, maka mereka datang kepada Yesus, mengungkit masalah ini dan berusaha untuk memojokkan Yesus.

Mereka mendakwa Yesus membiarkan para murid melanggar adat istiadat, yaitu tidak mencuci tangan sebelum makan. Sebenarnya adat istiadat ini baik, termasuk juga baik untuk kita pada saat ini. Kita juga harus mendidik anak kita demikian. Kita sendiri juga harus memberi teladan, untuk mencuci tangan sebelum makan. Tetapi Yesus melihat bahwa orang Farisi dan ahli Taurat adalah pelaku adat istiadat yang tidak disertai dengan pengertian.

Inti dari semua ini, Yesus ingin menegor mereka bahwa mereka telah melakukan segala sesuatu dengan tidak memakai pengertian sama sekali. Karena itulah, Yesus mengutip apa yang pernah dikatakan oleh nabi Yesaya, di dalam Yesaya 29:13, “Bangsa ini memuliakan Tuhan dengan bibirnya, padahal hatinya jauh dari pada Tuhan.” Sebenarnya percuma jika mereka beribadah kepada Tuhan, karena semua yang diajarkan adalah perintah manusia, bukan ajaran Tuhan yang sesungguhnya. Perintah manusia menjadi sangat dominan dan lebih diajarkan pada waktu itu, bahkan mungkin pada saat ini juga. Karena itu, kita sebagai orang percaya harus berpikir kritis, mendasarkan segala sesuatu sesuai dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab. Kita harus bertanya pada diri sendiri, apakah dasar iman kepercayaan kita didasarkan pada apa yang diajarkan oleh Tuhan atau oleh ajaran manusia?

Di ayat ini, Yesus juga mengajarkan tentang bagaimana kita bersikap soal makanan. Tuhan Yesus ingin memberitahukan kepada orang-orang pada saat itu, sesungguhnya aturan soal makanan di Perjanjian Lama adalah simbol. Memang ada beberapa makanan yang tidak diperbolehkan untuk dimakan pada saat itu (haram). Hal itu adalah simbol tentang kesucian badan (tubuh) yang berhubungan dengan kesucian hati. Itu berlaku dalam ibadah di Perjanjian Lama, sampai Yesus datang ke dunia menggenapi semua simbol yang ada di Perjanjian Lama.

Sejak Yesus Kristus, sebagai Mesias dan Juruselamat tiba di dunia, maka ibadah simbolik Perjanjian Lama sudah selesai. Karena itu, Yesus sengaja menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat, untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat. Di Perjanjian Lama, Sabat adalah simbol untuk menghormati Tuhan. Sekarang Tuhan sudah datang dalam wujud manusia, maka kita tidak perlu lagi menghormati Tuhan melalui hari Sabat, tetapi kita bisa langsung menghormati Tuhan (tanpa melewati perantara apapun).

Hari Sabat serta makanan haram-halal, semuanya itu adalah simbol. Ketika yang disimbolkan tiba, maka kita harus menyembah dan menghormati-Nya. Hari ini kita beribadah kepada Yesus dengan hati kita, bukan dengan simbol lagi.

Views: 42

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top