Jelajah PB 114 (Markus 6:45-56)

Sesudah peristiwa mujizat lima roti dan dua ikan, Tuhan Yesus memerintahkan para murid untuk segera masuk ke perahu untuk menyeberang. Orang banyak yang masih bersama-sama dengan mereka disuruh-Nya pulang. Sementara Yesus sendiri pergi ke bukit untuk berdoa. Yesus melakukan itu semua karena Dia sendiri tidak mempunyai tempat yang sunyi untuk berdoa. Kita tidak pernah diperintahkan oleh Yesus untuk berdoa di atas bukit atau membuat bukit doa atau tempat khusus untuk berdoa. Yesus sendiri memerintahkan supaya kita berdoa di kamar, supaya tidak terganggu. Yesus sering berdoa di bukit, karena Yesus tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki kamar untuk berdoa. Di tempat-tempat umum, Yesus tidak memiliki waktu sendirian untuk berkomunikasi dengan Bapa, karena Yesus selalu diikuti dan dikerumuni oleh orang banyak.

Hal ini juga menjadi contoh untuk kita yang sibuk melayani pekerjaan Tuhan di dunia ini. Seharusnya kita juga memiliki waktu pribadi untuk berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan. Ada waktu yang harus disediakan di tengah-tengah kesibukan kita. Ada waktu untuk beristirahat juga, sehingga bisa menyeimbangkan keadaan tubuh dan jiwa kita. Kita harus sadar bahwa tubuh dan jiwa kita terbatas, perlu istirahat dan perlu ketenangan di saat-saat tertentu. Tentu kita tidak harus pergi ke bukit tertentu. Cukup di rumah kita, di kamar kita, kita bisa berdoa dan berkomunikasi dengan Tuhan Yesus secara pribadi.

Memang doa pribadi penting bagi kita. Tetapi kita juga perlu doa bersama di dalam persekutuan kejemaatan kita. Karena jemaat adalah tubuh Kristus, sedangkan Yesus Kristus adalah Kepala. Permintaan dari tubuh tidak akan mungkin ditolak oleh Kepala, jika permintaan itu disampaikan sesuai dengan kehendak Tuhan dan sehati.

Ketika Yesus sedang berdoa sendirian, para murid yang sedang menyeberang, mereka mengalami masalah. Mereka sangat susah payah mendayung perahu karena dihantam oleh angin sakal. Angin sakal adalah angin yang datang dari depan. Mereka harus sekuat tenaga mendayung perahu karena angin yang berlawanan sedang menghantam mereka. Sekitar jam tiga malam, Yesus kelihatan berjalan di atas air dan Yesus sengaja hendak melewati mereka. Para murid berteriak dan menyangka bahwa Yesus adalah hantu. Kita harus ingat bahwa yang ditulis oleh Markus ini adalah kesaksian dari Petrus. Di injil yang lain diceritakan bahwa Petrus yang mengikuti Yesus berjalan di atas air, tetapi akhirnya merasa tenggelam karena ketakutan. Di dalam Injil Markus, hal itu tidak diceritakan. Mungkin Petrus tidak enak hati untuk mengkhotbahkan peristiwa yang menimpa dirinya tersebut.

Disebutkan di sana bahwa ternyata para murid masih juga belum mengerti setelah peristiwa mujizat roti. Hati mereka masih degil, antara percaya dan tidak percaya kalau Yesus adalah Mesias yang dijanjikan itu. Para murid selalu terombang-ambing dengan hal-hal yang demikian.

Setibanya di seberang, mereka mendarat di Genesaret. Ketika mereka keluar dari perahu, maka berlarilah orang banyak mendapati Yesus sambil membawa orang-orang yang sakit. Yesus menyembuhkan mereka semua. Seharusnya, dengan peristiwa seperti ini, orang-orang yang ada serta para murid percaya dengan sungguh-sungguh bahwa Mesias sedang berada di tengah-tengah mereka. Mungkin orang banyak itu percaya, tetapi para imam dan pemimpin Yahudi tidak mau percaya dan terima.

Views: 27

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top