Jelajah PB 102 (Markus 4:14-22)

Benih itu menggambarkan firman Tuhan, sedangkan kondisi tanah menggambarkan kondisi hati orang-orang yang mendengar firman. Ketika benih firman Tuhan itu ditabur, ada yang jatuh di pinggir jalan. Benih itu langsung dipatuk burung, seperti firman Tuhan yang didengar sebagian, tidak sampai masuk ke dalam hati, langsung diambil oleh Iblis. Benih itu belum sempat masuk ke dalam tanah dan belum sempat bertumbuh. Ada juga kondisi tanah yang berbatu-batu. Mereka menerima firman dan bergembira. Tetapi benih itu akan susah untuk tumbuh di tanah berbatu. Tanahnya tidak banyak dan tipis, karena sebagian besar adalah batu-batuan. Benih firman Tuhan itu tidak bisa bertumbuh dengan baik di dalam hati orang-orang seperti ini. Akarnya tidak bisa menjalar secara leluasa, sehingga posisinya tidak kuat serta tidak bisa mendapatkan makanan dengan maksimal. Jika ada penganiayaan yang disebabkan oleh firman tersebut, maka orang tersebut tidak akan kuat dan teguh, akhirnya murtad. Penganiayaan ini bukan kesusahan hidup atau kesulitan ekonomi. Ini adalah penganiayaan karena firman itu sendiri. Orang benar dan baik, tetapi ada yang tidak senang. Kurang baik apa Yesus dan para rasul? Mereka tetap dianiaya, karena kebenaran firman Tuhan yang disampaikan.

Ada juga benih yang jatuh di antara semak duri. Benih itu bisa bertumbuh tetapi tidak maksimal. Mungkin dia juga bisa berbuah, tetapi sangat terbatas. Benih firman itu dihimpit oleh kekuatiran dunia, tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan duniawi lainnya. Jika kita semakin banyak uang dan kaya, tetapi semakin tidak cinta Tuhan, mungkin kita akan masuk ke kategori tanah ini, yaitu tanah yang banyak ditumbuhi semak duri. Firman Tuhan bisa bertumbuh, tetapi tidak maksimal. Yang benar, seharusnya kita memiliki hati yang digambarkan dengan kondisi tanah yang keempat, yaitu tanah yang baik dan subur. Jika benih jatuh ke tanah tersebut, maka benih itu akan bertumbuh dan berbuah lebat. Ada yang tiga puluh kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, bahkan ada yang seratus kali lipat. Jemaat akan berdiri melalui penaburan benih ini, jemaat akan berdiri dengan teguh, siap menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran. Ketika orang-orang di dunia ini mencari kebenaran yang sejati, mereka bisa mendapatkannya di jemaat yang dibangun di atas firman Yesus Kristus.

Orang percaya seharusnya menjadi pelita. Jika orang percaya berkumpul bersama dalam jemaat, seharusnya menjadi lampu yang menyala terang. Jemaat seperti kota di atas bukit dan setiap anggota jemaat menyalakan pelita masing-masing. Tidak ada dan memang tidak wajar jika seorang menyalakan pelita lalu ditempatkan di bawah gantang atau disembunyikan. Pelita itu dinyalakan pasti diletakkan di tempat yang lebih tinggi (kaki dian), supaya bisa mengurangi kegelapan yang ada. Semakin tinggi pelita itu diletakkan, maka dia bisa menerangi lebih luas. Orang-orang yang memiliki hati seperti tanah subur, ketika disampaikan firman Tuhan, mereka akan bertumbuh di dalam sebuah jemaat. Jemaat itu juga akan menjadi terang bagi lingkungan di sekelilingnya. Banyak orang akan bisa menikmati cahaya yang dipancarkannya. Pada saat ini, tidak ada lagi yang bisa disembunyikan. Semuanya bisa diungkapkan dengan terang benderang. Ajaran firman Tuhan juga bisa disampaikan dengan terang-terangan. Tuhan menginginkan kita untuk menyatakan salah jika memang salah dan menyatakan benar jika memang benar.

Seharusnya orang Kristen menjadi orang yang tulus, yang menyatakan apa yang sesungguhnya. Itulah fungsinya cahaya dan terang, dia tidak pilih-pilih untuk menerangi semua yang ada di sekelilingnya.

Views: 27

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top