Jelajah PB 55 (Matius 19:1-6)

Yesus berangkat dari Galilea ke Yudea. Yesus sudah tidak jauh lagi dengan Yerusalem. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Masih banyak mujizat yang dilakukan oleh Yesus. Orang Farisi datang untuk mencobai-Nya. Mereka ingin tahu pengajaran Yesus seperti apa. Apakah pengajaran Yesus cocok dan sepaham dengan pengajaran orang-orang Farisi, itulah yang ingin mereka ketahui. Mereka bertanya soal perceraian.

Ini adalah salah satu pertanyaan yang sulit pada waktu itu, karena praktek perceraian sangat banyak. Pada saat itu posisi perempuan masih sangat tidak menguntungkan, karena budaya Yahudi. Di banyak kebudayaan berbagai bangsa, perempuan selalu ada di posisi kedua. Perempuan ditindas sedemikian rupa, bahkan sampai sekarang. Tidak diketahui apa penyebab dari semuanya itu, sehingga banyak kebudayaan di dunia ini memposisikan perempuan di tempat yang kedua, bahkan sering ditindas. Tetapi sekarang sudah sangat berbeda, bukan hanya perempuan yang ditindas, tetapi juga ada kemungkinan sebaliknya, ganti laki-laki yang juga bisa ditindas oleh perempuan.

Di luar Kristus, ada perjuangan dari kaum perempuan untuk membalikkan keadaan. Sekarang sudah banyak perempuan yang menguasai laki-laki. Di dalam kekristenan, seharusnya posisi laki-laki dan perempuan harus kembali seperti semula, ketika manusia masih berada di taman Eden dan belum jatuh ke dalam dosa. Adam adalah kepala dan Hawa adalah penolong yang mendampingi Adam. Di dalam Yesus Kristus seharusnya tidak ada lagi pihak yang tertindas, karena Yesus Kristus telah memikul semua kutuk dan akibat yang terjadi karena kejatuhan manusia ke dalam dosa. Yesus Kristus sudah mengambil alih semua kutuk itu. Karena itu, seharusnya di dalam Yesus Kristus ada kebahagiaan dalam hidup rumah tangga.

Yesus menjawab bahwa sejak semula Tuhan menciptakan hanya satu laki-laki dan satu perempuan (lebih jelas dalam bahasa Yunani). Maksud Tuhan Yesus, dari awal memang diciptakan hanya satu laki-laki dan hanya satu perempuan. Karena itu satu laki-laki hanya boleh mempunyai satu istri dan satu perempuan hanya boleh mempunyai satu suami. Karena itu Tuhan tidak mengizinkan pernikahan poligami atau poliandri. Di dalam pernikahan itu, laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya. Kemudian mereka menjadi satu daging. Mereka bukan lagi dua, melainkan satu sehingga tidak boleh dipisahkan oleh orang lain. Siapapun tidak boleh memisahkan lagi, setelah mereka menjadi satu. Bukan berarti pihak laki-laki tidak boleh lagi tinggal dengan keluarganya. Tetapi maksud dari meninggalkan ayah dan ibunya menggambarkan bahwa dia adalah laki-laki yang sudah dewasa.

Yang dibutuhkan dalam pernikahan adalah kedewasaan, sulit untuk dihitung dengan umur, karena kedewasaan seseorang tidak bisa diukur dari usia. Jika dia sudah bisa meninggalkan ayah dan ibunya, berarti dia sudah dewasa dan mandiri, bisa menghidupi diri sendiri. Dengan demikian dia tidak akan menyengsarakan pihak perempuan dan juga anak yang akan dilahirkannya. Ketika seseorang sudah menikah, dia tidak boleh diceraikan oleh siapapun juga. Seseorang sudah sah menikah jika mereka sudah mengumumkannya ke masyarakat bahwa mereka menikah dan hidup bersama sebagai suami istri. Ini gambaran pernikahan secara umum yang juga terjadi pada zaman Yesus. Jika pernikahan secara Kristen, maka pernikahan tersebut sudah diteguhkan di gereja, tentu dengan proses yang sudah dilewati dengan baik. Tetapi, pada intinya, semua pernikahan itu sah jika sudah diumumkan dan mereka sudah hidup bersama sebagai suami istri, itu tidak boleh diceraikan oleh manusia. Kalau ada pasangan bukan Kristen menikah, lalu kemudian mereka menjadi Kristen, bukan berarti pernikahan sebelum Kristen tidak sah.

Views: 34

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top