Jelajah PB 54 (Matius 18:21-35)

Petrus sepertinya seorang yang lugu dan polos, terutama pada saat bertanya kepada Tuhan Yesus. Hampir seperti seorang anak kecil yang bertanya. Memang jika dibayangkan, jika ada orang yang bersalah kepada kita sampai tujuh kali, sudah terlalu banyak. Jika seseorang bisa mengampuni sampai tujuh kali dengan orang yang sama dan kesalahan yang sama, sudah sangat hebat. Tanpa diduga, justru Yesus berkata bahwa kita harus mengampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali (empat ratus sembilan puluh kali). Ini sesuatu yang sangat mustahil untuk kita lakukan. Adakah dalam hidup kita ada orang yang bersalah kepada kita sampai empat ratus sembilan puluh kali?

Dalam hal ini Tuhan Yesus memberikan prinsip bahwa kitalah yang sebenarnya bersalah kepada Tuhan, lebih dari empat ratus sembilan puluh kali. Karena itu, hal ini patut kita renungkan, bahwa jika kita bersalah kepada Tuhan lebih dari empat ratus sembilan puluh kali, itu pun Tuhan mengampuni kita. Hal itu terjadi jika kita mengaku dosa dan bertobat kepada Yesus. Jika Yesus sudah mengampuni kita karena pelanggaran kita yang besar, maka sepatutnya juga kita mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Orang yang bersalah kepada kita mungkin hanya beberapa kali, tidak sampai sebanyak itu.

Seringkali, jika ada orang yang bersalah kepada kita, kita sudah tidak sabar menghadapinya. Kemarahan dan sakit hati bisa ada pada kita, bahkan sampai bermusuhan. Karena itulah, Yesus memberikan perumpamaan soal hutang untuk menjelaskan hal ini.

Ada seseorang yang mempunyai hutang yang sangat besar kepada raja. Hutang itu tidak dapat dilunasi. Karena itu, raja tersebut memutuskan untuk menghapuskan hutang tersebut pada saat diadakan perhitungan. Akhirnya hutang tersebut dianggap lunas. Ini adalah anugerah yang menggambarkan Bapa di Sorga yang sudah menghapus dosa dan hutang kita kepada Dia. Tidak ada yang sanggup untuk meluntasi jika kita dituntut untuk membayarnya. Pembebasan dari dosa, pembebasan dari maut dan hukuman Tuhan.

Tetapi cerita tersebut berlanjut dan sangat memalukan. Orang yang sudah mengalami belas kasihan dan anugerah Tuhan yang sangat besar, justru tidak mau memberikan belas kasihan kepada orang lain yang juga berhutang kepada dia. Hutang orang lain itu jauh lebih sedikit dibanding dengan hutang dia kepada raja. Bahkan orang tersebut dihukum. Orang yang sudah dibebaskan dari hutang yang menjeratnya tidak mau membebaskan hutang orang lain. Orang yang diampuni dosanya tidak bisa mempraktikkan pengampunan itu kepada orang lain.

Belajar pengampunan itu sangat penting. Pengampunan membebaskan kita dari jerat dosa. Pengampunan juga membuat kita lebih bersukacita, karena membiasakan diri kita untuk berpikir secara positif. Karena itulah, jika kita tidak bisa mengampuni orang lain, Bapa juga akan berbuat hal yang sama. Maka Bapa di Sorga akan berbuat demikian jika kita tidak mengampuni saudara kita dengan segenap hati kita.

Views: 11

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top