Perumpamaan ini kunci dan intinya terletak di ayat 11, yaitu rahasia Kerajaan Sorga. Jadi, perumpamaan ini adalah perumpamaan mengenai rahasia Kerajaan Sorga. Ini bukan mengenai Kerajaan Sorga di mana saat ini Bapa dan Yesus berada, tetapi mengenai “rahasia” tentang Kerajaan Sorga. Mengenai hal ini murid-murid Yesus bertanya kepada Yesus, mengapa disampaikan melalui perumpamaan? Mengapa tidak disampaikan secara langsung dan terang-terangan? Lalu Yesus berkata di ayat 12, “Siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya.”
Yesus juga mengucapkan hal yang sama di bagian lain, mengenai talenta yang diberikan. Sudah tidak mempunyai tetapi diambil lagi, apa maksudnya? Tuhan yang datang ke dalam dunia, yaitu Yesus Kristus, sengaja menyampaikan pengajaran-Nya dengan perumpamaan. Yesus berharap Ia bertemu dengan orang yang mempunyai keinginan dan kehausan akan perkara-perkara rohani, perkara sorgawi dan keselamatan jiwa. Jika tidak mempunyai keinginan dan kehausan tersebut, maka mereka tidak akan mungkin diberi dengan berkelimpahan. Melainkan apa yang ada pada mereka akan diambil, termasuk nyawa dan jiwa, akan dimasukkan ke dalam neraka.
Jika orang itu tidak mempunyai keinginan dan kehausan akan perkara-perkara rohani, apa yang ada padanya? Yang ada padanya adalah hidupnya atau nyawanya (jiwanya). Itu yang akan diambil. Orang yang benar-benar memiliki serta mempunyai keinginan untuk mencari kebenaran, maka kepadanya akan diberikan dengan kelimpahan. Ini bukan soal harta benda, tetapi soal rahasia Kerajaan Sorga, rahasia perkara-perkara rohani dan sorgawi.
Yesus tahu bahwa orang-orang Yahudi sudah tidak mau lagi menerima Yesus sebagai Mesias secara nasional. Karena itu, tugas selanjutkan dipersiapkan oleh Yesus melalui pembentukan jemaat (gereja). Tugas orang-orang Yahudi untuk menjaga hukum Tuhan dan kitab Perjanjian Lama sudah selesai. Tugas mereka untuk menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran sudah selesai. Selanjutnya Yesus mempersiapkan jemaat (gereja) melalui para rasul-Nya untuk menjadi tiang penopang dan dasar kebenaran di masa-masa gereja sampai masa pengangkatan.
Saat itu Yesus sedang menaburkan benih, sedang memberitakan Injil kepada orang-orang di sekelilingnya itu. Yesus mengumpamakan orang-orang yang saat itu mendengarkan pemberitaan Injil itu seperti tanah yang ditaburkan benih. Ada benih yang jatuh di tepi jalan, baru saja jatuh sudah dipatuk burung. Belum sempat tumbuh, baru jatuh. Firman baru saja disampaikan, orangnya sudah menolak dan bahkan ada yang mengejek. Bahkan mereka tanpa berpikir sedikitpun. Dia tidak ada keinginan untuk tahu, sebenarnya yang diberitakan itu kebenaran atau tidak. Kepada orang yang tidak mempunyai keinginan untuk memahami kebenaran rohani, tidak menanggapi kasih karunia Tuhan secara positif, apa yang ada padanya akan diambil seluruhnya, termasuk jiwanya.
Ada juga benih yang jatuh di tanah berbatu. Tumbuh sebentar tetapi mati karena matahari terbit. Penganiayaan dan penindasan datang, dia mulai menyangkal dan meninggalkan iman. Ada pula benih yang jatuh di antara semak duri, yaitu kekuatiran dunia dan tipu daya kekayaan yang menghimpit mereka. Kekuatiran dunia mengakibatkan benih yang tumbuh itu terhimpit, demikian juga dengan kekayaan duniawi yang tidak dikelola dengan baik, tidak dikelola sesuai dengan kehendak Tuhan. Iblis seringkali menipu kita dengan kekayaan duniawi. Dalam harta benda, jika kita tidak hati-hati, banyak tipu daya di dalamnya. Jika seseorang berpikir hanya mengejar harta di dunia ini, maka imannya akan semakin terhimpit dan akhirnya lemah. Dia akan seperti tanya yang ditumbuhi dengan semak duri, sehingga benih yang tumbuh tidak bisa tumbuh dengan semestinya. Ada juga benih yang tumbuh di tanah yang subur. Benih firman Tuhan yang jatuh ke sana akan tumbuh serta berbuah banyak, berlipat ganda. Perumpamaan ini menjelaskan juga bagaimana seharusnya gereja lokal (sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran) bisa berdiri dengan kuat dan kokoh. Gereja itu harus dimulai dengan pemberitaan Injil yang sungguh-sungguh dan benar. Yang perlu kita sadari, firman Tuhan sifatnya mengkritik dan menasihati serta membenarkan kehidupan kita yang mungkin sudah keluar dari jalur kehendak Tuhan. Jika firman Tuhan itu ditanggapi dengan baik, maka orang itu akan diselamatkan. Orang tersebut masuk dan bergabung dengan orang lain juga yang menanggapi. Gabungan itulah yang disebut dengan jemaat (gereja).
Views: 13