Puasa Ritualistik (Jelajah PB 24)

Matius 9:14-17

Mengenai hal berpuasa, Yesus memberikan pengajaran yang sangat penting di sini. Pengajaran ini menjelaskan dan menekankan kembali  tentang peralihan dari kantong kirbat yang tua ke kantong kirbat yang baru. Beralih dari baju yang sudah usang dan koyak ke baju yang baru. Ini adalah masa peralihan, ketika Yesus datang ke dunia. Yesus sedang menggenapkan seluruh hukum Taurat. Sekali lagi, Yesus bukan sedang membatalkan hukum Taurat, tetapi sedang menggenapkan seluruh hukum Taurat. Yesus sedang menutup ibadah simbolik karena ibadah tersebut sudah genap. Tujuan ibadah simbolik selesai ketika yang disimbolkan sudah datang.

Demikian juga dengan puasa, merupakan salah satu ibadah simbolik yang dilakukan pada zaman Perjanjian Lama, sebelum Yesus datang. Bahkan murid Yohanes pun belum mengerti tentang hal ini, sehingga mereka bertanya kenapa murid-murid Yesus tidak berpuasa. Yesus memberi pengertian bahwa berpuasa bukan lagi ibadah simbolik, tetapi berpuasa dilakukan karena orang tersebut sedang berdukacita. Atau sedang terjadi sesuatu yang lebih penting daripada makanan dan minuman. Yesus berkata bahwa akan ada waktunya, ketika mempelai laki-laki diambil, mereka akan berpuasa.

Dengan perumpamaan tentang baju dan kantong anggur, Yesus ingin memberitahu bahwa Dia sedang membawa sesuatu yang baru. Kain yang baru yang belum susut dan anggur yang baru. Yesus sedang membawa ibadah yang baru. Yesus juga mengatakan hal tersebut kepada perempuan Samaria di dalam Yohanes 4:23, “Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.” Penyembah Tuhan yang benar tidak akan menyembah lagi secara ritual, tidak lagi menyembah secara simbolik. Penyembah yang benar akan menyembah secara hakikat dan dengan hati.

Hal ini sudah dijelaskan sebelumnya di Matius 5. Jika kita masih menyembah Tuhan secara simbolik dan ritualistik, maka orang tersebut tidak akan bisa melihat Kerajaan Sorga. Kita harus memahami benar-benar ibadah hakikat, ibadah yang keluar dari dalam hati. Jangan sampai kita terjebak kepada ritual-ritual atau tradisi keagamaan yang tidak membawa kita memahami ibadah hakikat. Jika kita lihat sekarang, banyak acara-acara gereja yang sebenarnya bertujuan untuk kesenangan diri sendiri, bukan untuk penginjilan atau kesaksian. Bahkan banyak acara-acara yang dilakukan ternyata bukan untuk memuliakan Tuhan. Terkadang banyak yang tidak memahaminya. Mereka melakukan hal tersebut karena hal itu sudah dilakukan berulang-ulang sejak dulu kala. Melakukan sesuatu tanpa berpengertian juga sangat berbahaya.

Gereja haruslah menjadi tempat berkumpul dan bersekutu bersama dengan orang-orang percaya lainnya. Jangan sampai melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak diperlukan. Gedung gereja sebenarnya bukan (satu-satunya) tempat untuk menyembah Tuhan. Karena jelas, menyembah Tuhan harusnya di dalam roh dan kebenaran. Kita bisa menyembah Tuhan di mana saja, tidak dibatasi oleh tempat, ruang dan waktu. Gereja digunakan untuk bersekutu, untuk belajar firman Tuhan dan saling menguatkan. Tidak mudah untuk memahami hal ini. Bahkan pada zaman Yesus pun orang-orang tidak bisa dengan mudah memahami hal ini. Dari sinilah harusnya kita bisa melihat bahwa ada perbedaan pelayanan di dalam Perjanjian Baru dan di Perjanjian Lama.

Views: 15

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top