Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi (Mat 5:5)
Dalam bahasa aslinya ‘lemah lembut’ sulit untuk diterjemahkan dan dipahami. Lemah lembut bukan berarti tidak pernah marah. Musa merupakan salah satu tokoh dalam Alkitab yang disebut sebagai seorang yang lembut hatinya (Bil 12:3). Walaupun demikian, Musa marah saat melihat orang Israel menari-nari di depan anak lembu emas (Kel 39:19). Yesus juga menyebut diri-Nya lemah lembut (Mat 11:29), dan Dia juga beberapa kali dicatat dalam Alkitab pernah marah (Mat 23:13-36; Yoh 2:13-17; Mrk 3:5). Lemah lembut juga tidak berarti sama dengan ‘lemah gemulai’.
Lemah lembut dalam bahasa Yunani disebut praeis, dan berasal dari kata praus / praos. Kata ini biasanya dipakai untuk menyebut hewan yang telah dijinakkan dan selalu berada di bawah kendali tuannya. Hewan-hewan ternak tersebut menjadi taat, turut pada perintah dan gampang dikendalikan setelah sekian lama menjalani pelatihan.
Jadi, ‘lemah lembut’ bisa berarti orang yang sudah tunduk sepenuhnya kepada Tuhan. Orang yang siap untuk diajar, walaupun seringkali ajaran tersebut menyakitkan (dalam artian tidak sombong untuk menerima pengajaran). Lemah lembut di dalam PL disamakan juta dengan ‘rendah hati’ (Maz 37:11). Lemah lembut juga merupakan salah satu unsur dari buah roh. Lemah lembut bukan saja menyangkut sikap hati, tetapi juga tingkah laku. Kelemahlembutan berkaitan erat dengan pengendalian diri, kerendahan hati dan tidak mengandalkan kekuatan sendiri.
Yang sangat berbahagia adalah orang yang membiarkan dirinya dikendalikan oleh Tuhan dan mengakui bahwa dirinya bukan apa-apa, hanyalah sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dengan cara seperti itu, dia tidak mau untuk menyombongkan diri dihadapan Tuhan dan di hadapan makhluk ciptaan lainnya.
Ketika orang memiliki kelemahlembutan, maka Tuhan berjanji bahwa orang tersebut akan memiliki (mewarisi) bumi. Paling tidak ada dua arti kata ‘memiliki bumi’:
- Orang yang dapat diterima di lingkungan manapun di bumi ini. Sikap dan tingkah kita akan bisa menjadi ukuran, apakah kita dapat diterima dalam suatu lingkungan tertentu atau tidak. Orang yang bisa mengendalikan dirinya, dia tahu harus berbuat apa dan tidak berbuat apa, ketika masuk dalam lingkungan tertentu.
- Tuhan memberikan bumi sebagai tempat tinggal. Tetapi akan tiba saatnya, Tuhan akan mencurahkan karunia sorgawi. Orang-orang percaya akan hidup di dalam bumi yang baru. Sama seperti bangsa Israel yang mendapatkan tanah Kanaan sebagai anugerah Tuhan, demikian juga dengan orang yang rendah hati dan tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Orang yang mengandalkan Tuhan juga akan memperolah anugerah yang telah dijanjikan oleh Tuhan tersebut, diterima di bumi yang baru, kelak.
Tidak mudah untuk mempunyai kelembutan hati. Untuk sampai ke arah itu, hal terpenting pertama kali yang harus dilakukan adalah bisa mengendalikan diri. Mari kita belajar melakukannya, di dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 5