Mazmur 37:23-29
Ayat 23-24 sudah sering kita dengarkan dan kita baca. Bahkan ayat ini dijadikan lagu yang mungkin sering kita nyanyikan juga. Ketika kita membaca sekilas ayat ini atau menyanyikannya, kita pasti bersemangat, karena sepertinya ada jaminan bagi kita, terutama orang-orang yang sudah mengaku percaya kepada Tuhan, bahwa Tuhan telah menetapkan langkah-langkah hidup kita. Selain itu, seandainya kita terjatuh, kita tidak akan sampai tergeletak, karena ada jaminan dari Tuhan, yaitu Dia akan menopang tangan kita.
Jika kita kembali merenungkan ayat ini, akan muncul beberapa pertanyaan kritis. Misalnya: jika memang Tuhan sudah menetapkan langkah-langkah hidup kita, kenapa masih ada potensi untuk kita jatuh? Apakah Tuhan juga sudah menetapkan kejatuhan kita? Jika kita sudah berkenan kepada Tuhan dan Tuhan sudah menetapkan langkah-langkah hidup kita, seharusnya Tuhan tidak membiarkan kita terjatuh dalam pencobaan atau dosa.
Kalau memang benar Tuhan menopang tangan kita, sehingga tidak sampai jatuh tergeletak, mengapa seringkali kita melihat ada orang-orang yang sepertinya berkenan kepada Tuhan, tetapi akhir hidupnya benar-benar tidak tertolong? Ada orang-orang yang memiliki reputasi dan pelayanan yang baik, tetapi di akhir hidupnya justru jatuh ke dalam dosa dan tidak bisa bangkit lagi. Ada orang yang mati-matian hidup berkenan kepada Tuhan, tetapi selalu mendapatkan pencobaan sampai akhir hidupnya?
Tuhan sudah menetapkan (memberikan firman dan aturan), supaya manusia berkenan kepada-Nya. Firman Tuhan itu seharusnya menjadi pedoman bagi semua manusia di muka bumi ini, supaya bisa hidup berkenan di hadapan Tuhan. Jika ada yang salah atau tidak melakukan ketetapan atau peraturan Tuhan itu, maka ia memiliki potensi untuk jatuh. Tuhan memiliki ketetapan, tetapi manusia memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak melakukan ketetapan Tuhan itu.
Seandainya ada orang yang jatuh, itu bukan ketetapan Tuhan, tetapi karena kesalahan orang tersebut yang tidak mau mengikuti ketetapan atau peraturan atau firman Tuhan. Setiap orang yang sudah berkomitmen untuk bertobat dan percaya kepada Tuhan, ia pasti akan sungguh-sungguh mengikuti peraturan Tuhan. Dengan cara seperti itulah kita bisa menyenangkan Tuhan dan berkenan di hadapan Tuhan. Itulah cara kita membangun karakter dan perilaku hidup kudus. Semuanya akan diuji dengan waktu, sehingga kita didapati setia dan tetap percaya kepada-Nya.
Jatuh yang wajar itu tidak pernah direncanakan. Orang yang jatuh ke dalam dosa, itu juga tidak direncanakan. Ia jatuh karena pencobaan yang ia alami melebihi kekuatan iman dia. Dalam hal inilah Tuhan menopang. Tetapi jika kita sengaja jatuh ke dalam dosa, apalagi dosa itu menjadi kebiasaan dalam hidup kita, maka Tuhan tidak akan menopang. Bahkan Roh Tuhan yang ada di dalam diri kita akan undur, karena kita telah sengaja membuka celah bagi Iblis untuk masuk ke dalam hati dan pikiran kita.
Dalam hal ini, Daud memberi kesaksian di 25-26, “Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat.” Ketika kita fokus pada ketetapan atau peraturan atau firman Tuhan, sama artinya kita sedang mencari kerajaan Tuhan dan kebenarannya, maka hal-hal lain yang diperlukan secara jasmani akan ditambahkan kepada kita.
Kesimpulan mengenai ketetapan Tuhan, ada di ayat 27-28, “Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, maka engkau akan tetap tinggal untuk selama-lamanya; sebab Tuhan mencintai hukum, dan Ia tidak meninggalkan orang-orang yang dikasihi-Nya. Sampai selama-lamanya mereka akan terpelihara, tetapi anak cucu orang-orang fasik akan dilenyapkan.” Hasil akhirnya ada di ayat 29, “Orang-orang benar akan mewarisi negeri dan tinggal di sana senantiasa.”
Views: 7