Matius 5:33-37; Yakobus 5:12
Salah satu asas gereja kita adalah tidak boleh bersumpah. Kenapa kita tidak diperbolehkan untuk bersumpah? Mungkin kita pernah mengatakan sumpah kepada orang lain, entah dengan bahasa berbeda atau dengan mengajukan dua jari. Tetapi seringkali sumpah yang kita dengar hari ini tidak sesuai dengan yang diucapkan, meskipun itu dilakukan di dalam pengadilan. Seseorang mengatakan sumpah hanya untuk menjaga reputasi, supaya aman dari prasangka orang lain.
Sumpah (Yun: omnua) artinya meneguhkan kebenaran suatu pernyataan dengan menyerukan kepada makhluk ilahi untuk menjatuhkan sanksi terhadap seseorang jika pernyataan yang bersangkutan itu tidak benar. Karena itu seringkali kita mendengar orang bersumpah demi Tuhan, atau demi apapun yang tidak mereka kuasai. Di ayat 34-36 disebutkan orang seringkali bersumpah demi langit, demi bumi, demi Yerusalem, atau demi kepalanya sendiri. Orang-orang zaman sekarang bahkan ada sumpah disabar gledek atau demi celaka yang lain. Anehnya, orang yang sudah bersumpah dan ternyata kedapatan bohong, mereka tidak mengalami apa yang disumpahkan.
Mengenai bersumpah, konsepnya berbeda antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru. Ketika Tuhan Yesus Kristus sedang mengajarkan tentang hal ini, Ia sedang menentang orang-orang Farisi. Di Perjanjian Lama, sumpah itu diperbolehkan. Bahkan Tuhan sendiri juga bersumpah. Jika Tuhan bersumpah, dia bersumpah demi diri-Nya sendiri. Orang-orang di Perjanjian Lama juga bersumpah, tetapi sumpah itu haruslah ditepati. Jika tidak ditepati, maka mereka benar-benar akan mendapatkan celaka.
Seiring berjalannya waktu, ternyata makin banyak orang yang bersumpah palsu, tetapi mereka tidak mendapatkan celaka, jika seandainya tidak menepati sumpah tersebut. Orang-orang Farisi memperbolehkan orang bersumpah demi apapun juga. Kecuali mereka berada di depan pengadilan, barulah mereka diperbolehkan untuk bersumpah demi nama Tuhan. Ketika orang-orang tersebut bersumpah, ternyata sebagian besar adalah sumpah palsu. Karena itu di ayat 33, Tuhan Yesus meberi peringatan sesuai dengan yang telah disampaikan oleh nenek moyang orang Yahudi, supaya jangan bersumpah palsu, tetapi memegang sumpah itu di depan Tuhan.
Bagi kita yang sudah percaya kepada Yesus Kristus, maka yang patut dipegang adalah firman di ayat 37, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.” Firman ini diingatkan kembali oleh Yakobus, kepada orang-orang percaya dari orang-orang Yahudi yang ada di luar Yerusalem dan Israel, supaya mereka juga memegang firman ini (Yakobus 5:12).
Orang biasanya dituntut bersumpah, karena orang tersebut memang susah atau tidak dapat dipercaya. Orang yang menuntut kita bersumpah, berarti orang tersebut tidak percaya sepenuhnya kepada kita. Dari hal ini kita bisa melihat bahwa kepercayaan seseorang terhadap kita itu sangat mahal harganya. Apalagi jika seseorang sudah terkenal tidak berintegritas, maka biasanya diperlukan jaminan, jika orang tersebut mengatakan sesuatu atau berjanji tentang sesuatu. Jika orang Kristen dikenal tidak jujur atau tidak suka menepati janji, tentu tidak baik bagi kekristenan itu sendiri. Orang tersebut bisa menjadi batu sandungan bagi orang lain.
Orang Kristen tidak perlu bersumpah. Karena seharusnya perkataan orang Kristen sudah pasti benar dan jujur. Sumpah adalah cara untuk meyakinkan pihak lain bahwa kita berkata benar. Jika orang Kristen sepanjang hidupnya perkataannya sudah benar dan bisa dipercaya, tidak perlu bersumpah. Yang ya dikatakan ya dan tidak dikatakan tidak.
Views: 6