Matius 25:24-25
Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam.
Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan!
Semua manusia di dunia pasti pernah mengalami rasa takut. Orang bisa takut dalam banyak hal: takut gagal, takut rugi, takut mati, takut gelap, takut binatang, takut dengan masa depan yang belum terlihat, takut pandemi covid-19, dll. Tetapi, tidak semua ketakutan itu negative. Kita juga bisa mendapati ada ketakutan yang baik, seperti: takut kepada Tuhan, takut kepada orang tua atau orang yang dihormati. Ada juga yang karena takut mengalami kegagalan atau takut tidak lulus tes, maka mereka mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik dan matang, sebelum mereka melangkah atau mengikuti ujian. Akhirnya, semuanya akan tergantung dari respon atau tanggapan kita terhadap ketakutan itu sendiri.
Yang tidak baik adalah ketika kita mengalami ketakutan yang berlebihan. Ketakutan yang berlebihan juga akan menimbulkan kekhawatiran yang berlebihan. Jika terjadi terus menerus, akan menjadi trauma, membuat kita tidak berani untuk mencoba atau melangkah. Padahal, apa yang kita takutkan, belum tentu terjadi. Apa yang kita bayangkan belum tentu menjadi kenyataan. Kita pasti pernah mendengar atau membaca kisah raja Saul. Dia adalah raja yang hebat, yang selalu siap untuk memenangkan pertempuran di medan peperangan. Tetapi aneh, pada saat ditantang oleh Goliat, yang menantang tentara Israel seorang diri, Saul dan tentaranya mengalami ketakutan. Saul dan tentaranya seolah-olah lupa dengan kehebatan dan kemenangan mereka di medan perang sebelumnya.
Demikian juga dengan ayat yang kita baca, karena orang itu takut, maka dia tidak melakukan apa yang dilakukan oleh temannya yang lain, yang diberi talenta lebih banyak dari dia. Akibatnya, dia membuat sebuah keputusan yang keliru. Keputusan yang diambil pada saat mengalami ketakutan, bukanlah sebuah keputusan yang terbaik. Ketakutan bisa menghancurkan potensi dan rencana Tuhan dalam hidup kita. Orang yang dititipi talenta oleh tuannya ini tidak bisa menjalankan mandat atau tugas yang sebenarnya juga akan menguntungkan dirinya sendiri.
Selain karena dosa, manusia mengalami ketakutan karena merasa tidak mampu untuk melakukan sesuatu. Padahal, perasaan itu belum tentu benar. Apa yang kita takutkan belum tentu terjadi. Tetapi perasaan itu bisa sangat kuat dan sepertinya kita tidak mempunyai kekuatan untuk menghadapinya. Pahamilah bahwa ketika kita merasa takut dan tidak berdaya, itu adalah alasan yang kuat untuk kita meminta pertolongan kepada Tuhan. Disinilah kita diuji, apakah mau mengandalkan Tuhan atau tidak.
Lukas 22:44
Ia sangat ketakutan dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah.
Yesus pernah mengalami keadaan dan perasaan yang sangat menakutkan, pada waktu Dia masih mengosongkan Diri-Nya menjadi manusia, sebelum Dia di salib. Mengapa Yesus yang adalah Tuhan sendiri bisa takut?
Ibrani 2:18
Sebab oleh karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.
Lihatlah, seharusnya kita bersyukur mempunyai Tuhan yang pernah menjelma atau mengosongkan diri dalam rupa manusia. Dia pernah merasakan semua yang dirasakan oleh manusia. Dia pernah merasakan ketakutan seperti yang pernah dirasakan oleh manusia, seperti yang pernah kita rasakan. Tuhan Yesus bisa mengerti apa yang kita rasakan. Bayangkan ketika Yesus tidak pernah mengalami ketakutan, lalu kita berdoa kepada Dia bahwa kita takut. Yesus pernah menjadi sama seperti manusia. Karena itu Dia bisa menjadi sahabat bagi kita. Apa yang kita alami saat ini, pernah dialami oleh Yesus, bahkan Dia sudah pernah mengalami hal yang paling mengerikan.
Kita bisa belajar dari Yesus, bagaimana Dia bisa membebaskan diri dari rasa takut itu. Pada saat Dia takut, Dia makin sungguh-sungguh berdoa. Dia mendekat pada Bapa-Nya yang merupakan sumber dari kekuatan yang sesungguhnya. Jika kita mau menang atas ketakutan kita, kita juga harus melakukan seperti yang Tuhan Yesus lakukan, yaitu makin sungguh-sungguh datang kepada Tuhan dalam doa.
Lawan dari takut sebenarnya bukan “berani”, karena berani itu lebih mengandalkan diri sendiri. Jika kita belajar dari Yesus, kita tahu bahwa lawan kata dari takut adalah “berserah” kepada Tuhan atau “mengandalkan” Tuhan. Orang akan berani karena dia merasa mempunyai kekuatan lebih. Tetapi, apakah kita mempunyai kekuatan seperti itu? Satu-satunya cara supaya kita tidak terjebak dalam ketakutan yang berlebihan adalah berserah kepada Tuhan. Apapun yang terjadi dalam hidup kita, pasti atas izin Tuhan.
Yohanes 8:31-32
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”
Ketakutan yang berlebihan bisa memperbudak kita, tetapi kebenaran akan membebaskan atau memerdekakan kita. Manusia mengalami ketakutan bisa jadi karena tidak mengenal kebenaran atau tidak hidup dalam kebenaran. Manusia tersebut takut karena banyak hal yang tidak diketahui dengan pasti. Karena itulah, di dunia ini banyak ketakutan yang tidak berdasar atau takut tanpa alasan. Tetapi ketakutan bisa menjalar dengan sngat cepat dan meneror banyak orang. Penting bagi kita untuk berdoa dan mengerti kebenaran firman Tuhan, supaya hidup kita tidak selalu dipenuhi dengan ketakutan yang tanpa alasan.
Views: 7