Kej. 8:20-22
Perjanjian Lama berisi kisah tentang kehidupan dan perkembangan peradaban manusia. Ada banyak kisah yang menarik diceritakan di sana, tanpa ditutup-tutupi. Kisah-kisah yang baik bisa kita pelajari untuk diambil prinsip dan pengajarannya, meskipun sebagian besar sifatnya subyektif. Kisah-kisah yang tidak baik juga bisa kita baca dan pelajari, sehingga kita tidak terjatuh atau terjerumus pada kesalahan yang sama, yang pernah dilakukan oleh tokoh-tokoh di Perjanjian Lama.
Perjanjian Lama juga penuh dengan simbol-simbol, karena memang pada masa itu manusia sedang masuk dalam ibadah simbolik. Tuhan memberikan simbol-simbol itu terutama untuk menggambarkan kedatangan Sang Juruselamat (Mesias) yang telah dijanjikan oleh Tuhan di Kejadian 3:15. Simbol-simbol ini penting, karena berkaitan dengan keselamatan. Dalam hal persembahan, simbol penting yang menyangkut tentang keselamatan ini adalah korban bakaran yang biasanya dipersembahkan di atas mezbah.
Beberapa kisah sudah kita baca, seperti kisah Kain dan Habel, kisah Abraham yang mempersembahkan Ishak tetapi digantikan oleh domba yang terperangkap, kisah persembahan Nuh yang kita baca saat ini. Hal ini diteruskan kepada keturunan mereka. Korban-korban ini dilaksanakan dengan sangat serius dan tetap dipertahankan oleh orang-orang Israel. Memang ada saatnya mereka memberikan korban persembahan kepada Baal, tetapi hal itu akan mendatangkan murka Tuhan.
Persembahan lain yang muncul di kisah awal adalah persepuluhan. Persepuluhan muncul pertama kali di dalam Kejadian 14:17-24. Pada waktu itu Abram menang perang dan disambut oleh Melkisedek, yang disebut sebagai imam dari Tuhan. Melkisedek memberkati Abram dan selanjutnya Abram memberikan sepersepuluh dari semua hasil peperangan melawan Kedorlaomer. Di ayat 20b dikatakan, “Abram pun memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya.”
Ternyata persembahan persepuluhan ini diajarkan juga kepada keturunan Abraham, sampai pada akhirnya dicatat bahwa Yakub juga memberikan persepuluhan. Setelah Yakub bertemu dengan Tuhan di dalam mimpi di Betel, ia berkata di dalam Kejadian 28:22, “Batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi Rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.”
Ketika bangsa Israel menjadi negara dengan hukum yang diberikan kepada Musa, maka persepuluhan bukan lagi menjadi persembahan, tetapi kewajiban. Kewajiban itu perlu dilaksanakan karena ada satu suku yang tidak mendapatkan bagian tanah, yaitu suku Lewi. Suku ini yang bertanggungjawab atas Bait Suci (Kemah Pertemuan) dan semua penyelenggaraan ibadah simbolik Perjanjian Lama. Di dalam Bilangan 18:21 dikatakan, “Sesungguhnya, untuk bani Lewi Aku berikan semua persepuluhan di Israel sebagai milik pusakanya, sebagai imbalan atas pelayanan yang mereka lakukan, pelayanan di Kemah Pertemuan.”
Di dalam Perjanjian Lama, ada persembahan lain-lain yang memang pada saat ini tidak lagi dikenal. Tetapi pada waktu itu, bangsa Israel memberikan semuanya ini karena memang diperintahkan oleh Tuhan. Persembahan itu antara lain: korban sajian, korban penghapusan dosa, korban pendamaian, persembahan buah sulung, persembahan unjukan. Persembahan-persembahan itu dinyatakan dengan pemberian binatang ternak, burung merpati atau tekukur, tepung, minyak, kemenyan dan garam.
Dari semua persembahan yang disebutkan di atas, intinya adalah ucapan syukur kepada Tuhan sebagai penguasa tertinggi alam semesta ini. Jika Pemazmur di dalam Mazmur 116:12 bertanya, “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku?” Kita tidak bisa melakukan apa-apa selain memberikan yang terbaik bagi Tuhan. Orang-orang di generasi Perjanjian Lama telah melakukan semuanya itu dengan sungguh-sungguh. Persembahan menjadi bentuk penghormatan tertinggi bagi TUHAN.
Views: 9