Matius 5:27-32
Pernikahan merupakan rancangan yang indah, yang Tuhan berikan kepada manusia. Rancangan ini tidak diberikan kepada ciptaan lain. Inti tentang pernikahan adalah relasi atau hubungan antara dua manusia yang berbeda jenis kelamin (sepadan – Kej 2:18) untuk mengikat persekutuan yang utuh. Inti pernikahan Kristen adalah relasi yang dibangun atas dasar Kristus (seimbang – 2 Kor 6:14) dan hanya maut yang bisa memisahkan. Pernikahan juga sebuah gambaran besar sebuah hubungan yang indah antara Tuhan dengan jemaat-Nya. Jadi pernikahan Kristen adalah tipologi / gambaran dari hubungan kekekalan.
Musuh utama dari pernikahan ini adalah perceraian. Pernikahan maupun perceraian bukan topik baru. Bahkan sekarang, orang-orang Kristen pun banyak mengalami perceraian, karena berbagai masalah. Hari ini, kita tidak melihat masalah demi masalah yang menyebabkan perceraian. Hari ini kita akan merenungkan tentang pandangan Alkitab tentang perceraian tersebut. Diharapkan, kita bisa mempertahankan pernikahan, apapun yang terjadi di dalam keluarga kita. Jika sudah terlanjur bercerai, paling tidak firman ini berguna untuk anak dan cucu, supaya perceraian itu tidak menular.
Pandangan Alkitab mengenai perceraian terdapat dalam Mal 2:16a, “Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel.” Tuhan menginginkan bahwa pernikahan itu adalah komitmen seumur hidup, seperti dinyatakan dalam Mat 19:6, “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.”
Meskipun demikian, Tuhan pasti tahu, karena pernikahan melibatkan dua manusia yang berdosa, perceraian bisa terjadi. Karena itu, di dalam Ulangan 24:1-4 Tuhan menetapkan beberapa hukum yang digunakan untuk melindungi hak-hak orang yang bercerai, terutama dari pihak perempuan yang sering menjadi korban. Bukan berarti Tuhan mendukung perceraian, karena Yesus sendiri menekankan di dalam Matius 19:8 bahwa hukum-hukum tersebut diberikan karena ketegaran (kedegilan) hati manusia, bukan rencana Tuhan.
Ada ayat firman Tuhan yang seringkali dipakai untuk melegalkan perceraian, yaitu Matius 5:32 dan 19:9. Di ayat tersebut ada kata-kata “kecuali karena zinah.” Banyak orang yang menganggap bahwa bercerai diperbolehkan jika salah satu pasangannya berzinah. Tetapi kalau ayat tersebut dikaitkan dengan Matius 5:27-28, maka habislah semua pernikahan di gereja.
Perzinahan itu bukan perbuatan sepele. Itu adalah kejahatan besar. Perzinahan adalah gambaran ketidaksetiaan kepada Tuhan. Karena itu, hukuman bagi orang yang berzinah juga tidak main-main. Menurut Ulangan 22:22 dan Imamat 20:10, orang yang kedapatan berzinah akan dihukum mati. Dan orang yang sudah mati tidak mempunyai relasi dengan orang di dunia lagi, termasuk dengan pasangannya. Itu yang sering disebut dengan “cerai mati” atau “maut memisahkan”.
Karena itu, apapun alasannya, gereja (terutama GKMI Sion) tidak akan pernah menceraikan orang dan tidak akan pernah menyetujui perceraian. Juga tidak akan pernah ada kebaktian perceraian. Bagaimana kalau kita sebagai korban dan sudah terlanjur ditinggalkan oleh pasangan kita. Gereja bersedia untuk mendampingi supaya bisa tetap kuat hidup tanpa pasangan dan bisa mengampuni pasangan. Ada banyak orang-orang yang tetap kuat dan tegar menjalani kehidupannya walaupun ditinggal oleh pasangannya.
Tuhan membenci perceraian, karena itu jangan pernah melakukannya.
Tuhan Yesus memberkati, Maranatha!
Views: 15