Pernikahan Itu Penting, Persiapkanlah!

Kejadian 2:18; 2 Korintus 6:14

Pernikahan adalah lembaga yang Tuhan buat di dunia ini, selain gereja (jemaat). Pernikahan penting karena itu adalah gambaran persekutuan antara suami istri yang disamakan dengan hubungan antara Kristus dengan jemaat (Efesus 5:31-32). Persiapan ini penting, terutama bagi kaum muda yang sedang mencari pasangan atau orang tua yang mempunyai anak muda yang sedang mencari pasangan. Khotbah ini juga penting bagi yang sudah menikah, supaya bisa melihat kembali apa pernah terjadi pada masa muda, untuk memperbaiki apa yang perlu diperbaiki di dalam hubungan suami istri pada saat ini. Selama ini kita lebih banyak disibukkan dengan persiapan “pesta pernikahan” daripada pernikahan itu sendiri. Padahal pesta pernikahan bukanlah hal yang paling penting.

Untuk mempersiapkan semuanya itu kita perlu belajar, supaya bisa menguasai bagaimana menikah yang baik. Orang bekerja di suatu pekerjaan tertentu, perlu belajar menguasai pekerjaan tersebut. Tetapi menikah, tidak ada sekolah khusus. Kita tahu biasanya hanya sekilas, karena diberitahu sambil lalu atau hanya memperhatikan apa yang di sekitar kita. Saya akan mencoba menjelaskan hal-hal yang praktis, bagaimana belajar mengenai pernikahan. Tidak detail, tetapi bisa menjadi awal buat kita untuk belajar lebih banyak tentang pernikahan dari media yang lain.

Dalam pernikahan, jika pernikahan itu tidak beres, biasanya yang paling menderita adalah pihak perempuan. Karena itu perhatikanlah baik-baik. Pada prinsipnya manusia tidak bisa hidup sendiri. Mereka perlu hubungan dengan orang lain. Baik atau buruknya hubungan tersebut, tergantung dari diri masing-masing. Karena itu jadilah orang yang terbaik dan carilah pasangan yang terbaik dan cocok. Caranya adalah sediakan waktu untuk saling mengenal. Urutannya, kenallah rohnya terlebih dahulu, kemudian jiwanya dan baru tubuhnya. Jangan dibolak-balik.

Pertama, kenallah rohnya (kehidupan rohani atau spiritualnya). Perhatikan 2 Korintus 6:14. Jangan jatuh cinta hanya karena perhatian atau perilakunya di awal. Bertanyalah apa yang dia percayai. Jika percaya kepada Tuhan, bertanyalah lagi tentang ajaran pernikahan yang didapatkannya. Jika ajarannya berbeda, jangan teruskan. Jika diteruskan, resikonya besar. Untuk barang saja kita pasti cari yang cocok, apalagi ini pasangan hidup. Pasangan yang cocok dan dari Tuhan akan membawa kita mendekat kepada Tuhan, bukan menjauh. Di dalam ajaran kita, pernikahan itu sekali sampai maut memisahkan. Tidak bisa nambah, tidak bisa ganti. Karena itu tanya sebanyak-banyaknya, jangan diam saja.

Kedua, kenallah jiwanya. Kita harus punya tujuan hidup yang jelas, karena jika tidak, maka kita akan mudah dibelokkan (mudah terombang-ambing). Anak muda yang sering putus nyambung dalam berpacaran, dia belum mempunyai tujuan hidup yang jelas. Anak muda yang sudah mempunyai tujuan hidup, dia akan menggali informasi selengkap-lengkapnya tentang seseorang dan baru berkomitmen ketika merasa benar-benar cocok. Perhatikan perilakunya seiring berjalannya waktu. Jangan berkomitmen menjalin hubungan karena kita ingin mengubah perilaku dia. Jangan beranggapan kalau sudah menikah dia akan berubah, karena itu jarang sekali ditemui. Salah satu tujuan menikah adalah untuk bahagia. Jangan mengorbankan kebahagiaan setelah berumah tangga, akan rugi besar. Tidak menjadi berkat jika sebagian besar waktu kita dalam berumah tangga hanya dipakai untuk menyelesaikan konflik, yang seharusnya sudah bisa kita hindari sebelumnya. Perilaku yang kita lihat pada pasangan kita pada saat pacaran, itu yang akan kita dapatkan. Hati-hati, terutama kaum perempuan, karena dialah yang paling banyak menjadi korban. Perhatikan juga soal keuangan. Dari pengelolaan keuangan, kita bisa tahu sebenarnya siapa dia. Jangan sampai dia adalah orang yang suka berhutang, karena kalau sudah menikah, hutang dia akan menjadi hutang kita juga. Lihat kebiasaan dia, apakah suka bohong, meskipun dalam hal kecil? Jangan-jangan kita malah menjadi target kebohongan dia. Lihat bagaimana cara dia makan, dll.

Pelajari juga masa lalunya. Pelajari juga latar belakang keluarganya, karena keluarganya akan menjadi bagian kita juga. Kenali juga dia dari teman-teman dekatnya, karena sedikit banyak dia dipengaruhi oleh teman dekatnya. Siapa teman dia, itulah dia. Ketika pacaran, terbukalah supaya banyak orang tahu dan memberi pertimbangan. Ceritalah kepada orang tua, supaya bisa memberi masukan yang baik dan tepat. Ceritalah kepada teman dekatmu, supaya bisa memberikan pertimbangan juga. Karena, orang yang sedang jatuh cinta itu seperti orang mabuk, susah untuk diberi nasihat karena secara tidak sadar pikirannya mulai dipersempit. Mereka mereasa sudah sangat cocok, padahal belum tentu. Istilah jawa “kreweng/wingka katon kencana”.

Ketiga, kenallah fisiknya. Cek Kesehatan fisiknya, apakah baik atau ada masalah. Jika ada masalah, tetapi kita tetap mau dengan dia dan menerima dia apa adanya, tidak apa-apa. Tetapi jangan sampai kekurangan fisik tersebut nanti dipakai untuk alasan atau membuat konflik. Karena dalam kenyataannya, hal-hal yang sepele seperti ini bisa membuat masalah besar dalam pernikahan. Jadi, persiapkanlah baik-baik pernikahan yang belum terjadi. Belajarlah lebih baik bagi yang sudah menikah. Jangan sampai sebagian kehidupan pernikahan kita dihabiskan untuk konflik, tetapi habiskanlah waktu bersama untuk kebahagiaan bersama keluarga dan di dalam Tuhan.

Views: 1734

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top