Percaya Tapi Tidak Taat

Yunus 1:1-17

Dari sekian banyak nabi yang tercatat di dalam Alkitab, Yunus merupakan nabi yang cukup unik. Saat itu status Yunus adalah sebagai seorang nabi. Tugas dari seorang nabi adalah memberikan nubuatan atau pengajaran tentang firman Tuhan kepada manusia di dunia ini. Seorang nabi adalah orang khusus yang dipilih oleh Tuhan. Seharusnya Yunus takut kepada Tuhan dan mengikuti perkataan Tuhan dengan taat. Di dalam diri Yunus, tentu ia sangat mengasihi Tuhan dan dikasihi oleh Tuhan. Ia juga tahu bahwa tugasnya membuat semua orang bisa mengenal Tuhan dan percaya kepada-Nya.

Ternyata, kehidupan Yunus yang dekat dengan Tuhan itu tidak serta merta membuat Yunus bisa taat sepenuhnya kepada Tuhan. Antara aneh dan unik, tetapi demikianlah keberadaan Yunus pada waktu itu. Hal itu jelas dikisahkan di pasal ini. Yunus “menghina” Tuhan dengan cara menolak tugas yang diberikan oleh Tuhan kepadanya. Ia bahkan melarikan diri menjauh dari Tuhan dan menjauh dari Niniwe. Tuhan tidak tinggal diam dan tidak mau dipermainkan oleh manusia, apalagi oleh nabi-Nya sendiri.

Niniwe adalah kota besar pada waktu itu, di bawah kekuasaan kerajaan Asyur. Tetapi orang-orang yang tinggal di kota itu sedang dalam penghakiman dan murka Tuhan. Di mata Tuhan, penduduk kota Niniwe sudah tidak berharga sama sekali, karena mereka tidak mau mengenal dan percaya kepada Tuhan yang sejati. Mereka sangat sombong dan jahat di mata Tuhan. Bahkan mereka telah melakukan kejahatan dengan tangan teracung kepada Tuhan.

Bagi kita, sebagai manusia biasa, mungkin bertanya-tanya: kenapa ada orang-orang jahat yang masih diberi kesempatan untuk hidup? Apakah Tuhan tidak mampu untuk melakukan sesuatu? Ataukah Tuhan membiarkan semua itu terjadi? Jika demikian, bukankah lebih baik kita ikut melakukan kejahatan, toh Tuhan tidak bertindak apa-apa terhadap orang-orang yang berbuat jahat itu? Seperti itulah pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di benak kita, ketika kita melihat kejahatan dan ketidakadilan berlangsung di depan mata kita.

Tuhan berencana untuk menghancurkan kota Niniwe. Tetapi Tuhan ingin memberikan kesempatan terakhir kepada penduduk kota itu melalui seruan dari Yunus. Sepertinya Yunus juga sudah malas dengan penduduk di kota Niniwe. Sebagai seorang nabi, Yunus mungkin sudah tahu peristiwa di depan, bahwa penduduk itu akan bertobat kepada Tuhan. Karena itu, ia memilih untuk tidak mentaati Tuhan. Ia menolak melakukan perintah Tuhan. Ia memilih untuk menjadi nabi bagi bangsa Israel saja, tidak untuk bangsa-bangsa lain.

Selain itu, ada banyak alasan yang bisa Yunus katakan, demi membenarkan keputusannya itu. Perjalanan ke Niniwe cukup jauh dan berbahaya. Yunus juga tidak terlalu kenal dengan penduduk Niniwe. Ia juga mengalami ketakutan, karena harus menyerukan pesan Tuhan yang tidak menyenangkan itu. Nyawa Yunus menjadi taruhannya. Alasan lain, Yunus merasa memang Tuhan harus menghukum penduduk Niniwe itu dan tidak usah diberi kesempatan. Hal ini dicatat di pasal 4:2, Yunus sengaja tidak mentaati Tuhan karena tidak ingin penduduk kota Niniwe bertobat.

Ada banyak pertimbangan yang muncul di benak Yunus, sampai akhirnya ia memutuskan untuk naik kapal ke Tarsis, berapapun biayanya. Bahkan ia juga rela untuk bersama-sama dengan penumpang lain yang tidak mengenal Tuhan. Di kapal itu Yunus merasa sangat aman, sehingga ia bisa tidur dengan pulas. Meskipun Tuhan mengirimkan badai sedemikian rupa untuk menghantam kapal yang ditumpangi oleh Yunus, tetapi Yunus tetap bisa tidur nyenyak. Nahkoda, awak kapal dan penumpang kapal yang panik dan ketakutan. Nahkoda sampai mencari Yunus, supaya Yunus berdoa kepada Tuhannya. Tentu Yunus kebingungan, ia sedang menjauh dari Tuhan, malah disuruh berdoa kepada Tuhan.

Atas kesepakatan bersama, para penumpang mencari tahu siapa penjahat yang menyebabkan badai itu dengan cara membuang undi (ayat 7). Mereka yakin bahwa badai itu adalah kutukan Tuhan, karena ada orang jahat di antara mereka. Yunus kena undi. Dia ditanya dengan teliti dan ternyata memang ia adalah orang asing bagi mereka. Yunus mengaku sebagai orang Ibrani dan sedang melarikan diri dari Tuhan. Penumpang kapal sudah tahu posisi Yunus dan mereka juga tidak tahu harus berbuat apa. Yunus menyadari kesalahannya dan siap mati dengan cara dicampakkan ke laut yang sedang dilanda badai itu.

Penumpang kapal masih terus mempertahankan Yunus. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikan kapal, tetapi mereka tidak mampu. Tidak ada pilihan lain, akhirnya mereka mengikuti usulan Yunus. Yunus dibuang ke laut dan laut menjadi tenang. Penumpang kapal menjadi sangat ketakutan. Mereka segera mempersembahkan kurban kepada Tuhan yang disembah oleh Yunus dan mengikrarkan nazar. Tidak dicatat tentang nazar itu. Pasti mereka sangat bersyukur karena diselamatkan dari malapetaka yang mematikan itu.

Yunus tenggelam dan mati. Ia sudah masuk alam kematian (Yun 2:1-2; bdg. Mat 12:40). Tuhan memberi kesempatan kedua kepada Yunus. Tuhan mengirimkan ikan besar menelan tubuh Yunus, sehingga tubuh Yunus masih bisa diselamatkan. Kepada Yunus yang tidak setia, Tuhan tidak membuangnya. Tuhan membentuk Yunus dengan cara-Nya, sehingga Yunus menyadari kesalahan dan akhirnya memilih untuk melakukan kehendak Tuhan.

Kita bisa percaya kepada Tuhan dan tidak taat kepada Tuhan. Tetapi konsekuensi tetap ada. Segala sesuatu yang kita putuskan dan perbuat, harus dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Lebih baik bagi kita untuk memilih percaya dan taat kepada Tuhan, apapun yang terjadi dalam hidup kita. Tuhan pasti menolong dan menguatkan kita.

Views: 5

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top