Menjadi Pelayan Tuhan (Kesempatan)

Yohanes 11:55-57; 12:1-8

Kita mengingat kembali mengenai waktu, ketika Yesus datang ke Betania, yaitu enam hari sebelum Paskah. Ini adalah minggu terakhir Yesus hidup sebagai manusia di dunia ini. Lima hari kemudian, Anak Domba Allah itu tersalibkan. Peristiwa ini juga akan segera kita peringati, di akhir bulan ini. Di ayat yang kita baca, terlukiskan suasana yang cukup menegangkan di Yerusalem. Para imam, orang Farisi dan ahli Taurat diam-diam sedang merencanakan pemufakatan jahat bagi Yesus Kristus. Ternyata kabar ini tersebar cukup luas, sehingga banyak orang bertanya-tanya tentang keberanian Yesus datang ke Yerusalem, untuk menghadiri pesta Paskah.

Ini adalah tindakan ketaatan Yesus Kristus terhadap misi untuk menyelamatkan manusia. Tetapi sayangnya, para murid tidak menyadari akan pergumulan batin dari Yesus Kristus. Hal yang luput dari perhatian para murid, menjadi perhatian bagi Maria. Maria yang terbiasa duduk di dekat kaki Yesus untuk mendengarkan suara Tuhan, menangkap ada kesedihan dan ketakutan yang terlukis di dalam diri Yesus Kristus pada waktu itu. Maria teringat akan perkataan Yesus, bahwa Anak Manusia itu akan diolok-olok, disesah dan disalibkan. Hal itu sebenarnya beberapa kali telah dikatakan oleh Yesus kepada para murid-Nya.

Sebagai seorang perempuan yang sering duduk di kaki Yesus, Maria memperhatikan hal itu. Maria mencoba untuk mencocokkan dengan keadaan yang terjadi di Yerusalem pada waktu itu. Kemungkinan besar, Maria juga telah mendengar kabar tentang rencana penghukuman Yesus Kristus di Yerusalem. Maria mengetahui tentang kemungkinan buruk yang akan terjadi, ketika Yesus masuk ke kota Yerusalem menjelang pesta Paskah itu. Karena mengetahui hal itu, Maria sadar bahwa itu bisa menjadi hari-hari terakhirnya bersama Yesus. Ia tidak mau melewatkan kesempatan itu, karena waktu itu sangat bernilai dan berharga.

Pada waktu itulah, Maria melihat kairos (waktu Tuhan) dalam kronos (waktu dunia). Kesempatan itu dipakai untuk menyatakan kasih kepada Yesus Kristus, sekarang atau tidak untuk selama-lamanya. Maria perlu berpikir ulang, bentuk kasih yang akan diberikan kepada Tuhan di kesempatan terakhir itu. Sampai pada akhirnya, Maria memutuskan untuk memberikan minyak narwastu murni. Minyak itu sangat mahal dan dibutuhkan bertahun-tahun untuk membelinya. Dalam tradisi Yahudi pada waktu itu, minyak narwastu dipersiapkan oleh perempuan Yahudi sebagai salah satu syarat pernikahan. Tidak mudah bagi Maria, karena diperhadapkan untuk memilih antara Yesus dengan calon suaminya.

Dalam hal ini, mungkin kita pernah atau akan menghadapi hal yang sama, memilih Yesus atau orang lain yang kita kasihi. Maria memutuskan hal yang sulit, keluar kamar dan menghampiri kaki Yesus, mengurapi kaki itu dengan minyak. Selayaknya pengurapan itu dilakukan dari kepala, tetapi Maria mengurapi kaki. Maria merasa tidak layak untuk mengurapi kepala Yesus. Meski demikian, sepertinya Maria merasa bahwa yang dilakukannya masih belum cukup. Dia merelakan rambutnya, yang pada saat itu menjadi simbol kehormatan perempuan, dipakai untuk mengusap kaki Yesus yang telah diberi minyak narwastu.

Maria memberi teladan kepada kita, bahwa ketika kita melayani, seharusnya kita tidak fokus pada diri kita sendiri, tetapi fokus kepada Tuhan yang kita layani. Memberi bukan berbicara tentang nilai dari pemberian itu, tetapi tentang kasih yang diungkapkannya. Tuhan melihat relasi, hati dan motivasi, bukan nilai luar dan aktivitas pelayanan seseorang. Pemberian terbaik akan muncul dari hati yang tulus dan murni.

Tidak ada pelayanann yang tidak sukar. Kita akan seringkali diperhadapkan dengan pilihan-pilihan, baik sebagai orang percaya maupun sebagai orang yang sedang melayani Tuhan. Ketika kita masih hdiup sampai saat ini, anggaplah ini sebagai kesempatan yang terbaik untuk melayani Tuhan. Tidak ada paksaan dari Tuhan untuk kita melayani atau tidak melayani Tuhan. Tuhan lebih suka dengan hati yang bersukacita daripada melayani dengan paksaan. Maria memberi yang terbaik bukan karena paksaan, tetapi karena dorongan dari ketulusan hatinya yang paling dalam.

Views: 4

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top