Efesus 2:11-22
Tuhan maha hadir. Dia hadir di dalam hidup kita, baik secara pribadi, keluarga, gereja dan bangsa. Dia berada di semua tempat tanpa kecuali, termasuk di tempat-tempat yang menolaknya. Sebagai orang percaya, kita adalah bait-Nya. Kita tidak perlu meminta Tuhan untuk hadir, karena Dia ada di dalam kita dan kita ada di dalam-Nya. Hanya saja, mungkin kita seringkali merasakan ketidak-hadiran Tuhan dalam hidup dan keluarga kita. Terkadang ada saat-saat di mana Tuhan sepertinya jauh dan berada di luar jangkauan kita. Kita berdoa kepada-Nya tetapi seperti tidak ada jawaban yang bisa kita dapatkan.
Di ayat yang kita baca, rasul Paulus sedang membandingkan keadaan jemaat di Efesus, pada zaman dulu dan zaman saat Paulus ada. Dulu mereka bukan milik Kristus dan mereka tidak mendapat bagian dalam keselamatan yang dikerjakan oleh iman di dalam Yesus Kristus. Hidup mereka sia-sia, tanpa pengharapan, karena Tuhan tidak tinggal di dalam diri mereka. Tetapi sekarang mereka berada di dalam Kristus, telah menjadi jemaat-Nya dan memperoleh janji-janji Tuhan. Mereka yang dulu jauh dan terhilang, sekarang menjadi dekat dalam persekutuan dengan Tuhan. Kematian Yesus di atas kayu salib telah merobohkan tembok pemisah antara Yahudi dan non-Yahudi. Kematian Yesus juga mendamaikan pemisahan antara Tuhan dan manusia, yang terpisah karena dosa.
Orang-orang yang sudah percaya kepada Yesus bukan lagi sebagai para pendatang, tetapi mereka adalah kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah. Keluarga Kristen adalah tempat kediaman Tuhan, di dalam Roh Kudus. Dia tinggal di sana supaya menjadi jaminan bahwa mereka tinggal bersama-sama Kristus sampai selama-lamanya. Yang paling penting dalam keluarga adalah persekutuan di dalam Tuhan, bukan hal-hal fisik yang ada di dalam keluarga tersebut. Sebagai contoh, ada yang pindah rumah dan meminta rumahnya didoakan. Yang terpenting bukan rumahnya yang didoakan, tetapi orang-orang yang menempati rumah itu yang perlu didoakan. Orang-orang percaya, dimanapun dia berada, maka dia menjadi garam dan terang disekitarnya. Tidak perlu mengusir roh-roh jahat yang ada di situ, karena jika ada orang percaya di sana, maka roh jahat itu tidak akan tahan dan akan pergi dengan sendirinya. 1 Yohanes 4:4 mengatakan bahwa Roh yang ada di dalam diri kita lebih besar daripada roh yang ada di dunia ini.
Di dalam keluarga, mungkin kita mengalami kejenuhan. Sadar atau tidak sadar, hampir sebagian besar hidup kita adalah pengulangan. Apa yang kita lakukan dari pagi sampai malam, kita lakukan terus menerus, berulang-ulang setiap hari. Kesibukan sehari-hari bisa menekan kehidupan kita dan bisa membuat masalah-masalah baru. Ketika masalah dan persoalan muncul bertubi-tubi, maka kita mulai tidak bisa lagi merasakan kehadiran Tuhan. Sesuatu yang dilakukan berulang-ulang itu juga penting. Hanya saja perlu variasi dan kreatifitas, supaya tidak mengalami kejenuhan yang menganggap kehidupan ini tidak berarti sama sekali.
Cara kerja Tuhan tidak bisa diduga oleh manusia. Kita bisa melihat bahwa ketidak-hadiran Tuhan pernah dirasakan oleh Daud dan Yesus, pada saat dalam kondisi terjepit. Mereka bukan orang sembarangan, bukan orang jauh dari Tuhan. Mereka sangat dekat dengan Tuhan, tetapi pernah merasakan ketidak-hadiran Tuhan di saat-saat mereka sangat memerlukan Tuhan dan Bapa. Persoalan atau masalah yang kita hadapi, jika kita menghadapinya dengan baik, akan membawa pengalaman dan pengharapan yang baru. Jika salah menghadapinya, kita bisa terpuruk. Karena itulah diperlukan orang-orang yang siap mendampingi kita. Di sinilah peran keluarga sangat diperlukan.
Views: 9