1 Petrus 2:18-25
Tidak ada orang yang senang dengan penderitaan. Jika bisa, penderitaan itu lebih baik dihindari, karena tidak semua orang bisa bertahan dengan penderitaan. Tetapi kita semua, sebagai orang percaya pasti pernah mengalami penderitaan, meskipun berbeda-beda kadarnya. Tuhan mengizinkan semuanya itu terjadi pada kita, supaya kita sadar bahwa kita ini manusia yang rentan dan lemah. Tuhan Yesus dan para rasul pun mengalami penderitaan demi penderitaan, dan bahkan sebagian besar dari mereka akhirnya mati dalam penderitaan. Mereka menjadi teladan iman bagi kita, sehingga jika kita pada saat ini diizinkan untuk menderita, maka sudah ada contohnya.
Dalam situasi apapun, kita diharuskan untuk belajar selalu berbuat baik. Hanya saja, kita harus mengerti dan sadar terhadap motivasi kita berbuat baik bagi sesama. Motivasi yang salah akan membuat kita tidak bersukacita dalam berbuat baik. Motivasi yang salah akan membuat kita menderita pada saat berbuat baik. Jika kita berbuat baik hanya untuk mendapatkan pujian, maka kita tidak akan pernah bersukacita terhadap hal tersebut. Kita juga harus sadar bahwa orang baik seringkali dimanfaatkan atau bahkan diperlakukan sangat buruk. Hal ini yang menyebabkan banyak orang, termasuk kita ragu-ragu untuk berbuat baik. Jangan sampai perbuatan baik kita justru dimanfaatkan oleh orang-orang jahat.
Melalui surat ini, rasul Petrus memberikan penguatan kepada para budak yang pada saat itu sedang mengalami penderitaan dalam kehidupan mereka. Di dalam penderitaan yang menekan hidup, seringkali orang tergoda untuk melakukan kejahatan. Orang yang kelaparan seringkali tidak bisa mengendalikan diri dan akhirnya terdorong untuk melakukan kejahatan. Karena itu Petrus mengatakan kepada mereka untuk tetap hidup di dalam Kristus dan mengikuti teladan-Nya dengan tetap berbuat baik. Tidak membalas penderitaan itu dengan hal-hal yang jahat. Bahkan tidak membalas kejahatan orang dengan kejahatan yang lain.
Kristus memberikan teladan kepada kita semua. Dia tetap berbuat baik meskipun Dia harus menderita. Kristus juga menunjukkan bahwa kebaikan itu tidak ada batasnya, termasuk tidak bisa dibatasi dengan penderitaan. Kehidupan dan sikap Yesus Kristus ini yang patut diteladani oleh orang-orang percaya, di segala masa. Bukan hanya itu saja, Yesus menderita untuk kita dan untuk orang-orang yang berbuat jahat kepada-Nya.
Kebaikan itu bukan kewajiban, tetapi kita bisa melakukannya dengan motivasi untuk mengucap syukur atas setiap kebaikan yang Tuhan telah berikan kepada kita. Kebaikan Tuhan itu sangat mahal, dengan nyawa sebagai harganya. Kebaikan yang dilakukan dengan sepenuh hati justru akan memulihkan jiwa kita dari penderitaan yang mungkin sedang kita alami pada hari ini. Kristus sudah terlebih dulu menderita bagi kita, sehingga tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berbuat baik. Perbuatan baik kita bukan untuk mendapatkan keselamatan, tetapi untuk bersyukur atas kebaikan Tuhan.
Yesus pernah menjadi manusia dan mengalami penderitaan. Beda kita dengan Yesus adalah: kita berdosa sedangkan Dia tidak berbuat dosa. Tidak pernah ada tipu daya dalam mulut-Nya. Kita yang sudah diselamatkan dan sudah bebas dari dosa seharusnya bisa meneladani-Nya. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki. Ketika Dia dianiaya, Ia tidak mengancam. Kita seharusnya hidup dalam kebenaran. Bilur-bilur Tuhan Yesus seharusnya yang bisa menyembuhkan luka batin kita akibat penderitaan yang kita alami. Kita bisa belajar tekun dan sabar dari Dia. Karena Dialah, maka kita memiliki jaminan kehidupan kekal. Selamat mengingat kembali penderitaan Yesus Kristus di kayu salib. Marilah kita belajar untuk hidup sesuai dengan standar Yesus Kristus.
Views: 8