Dibukanya Tujuh Meterai

Wahyu 6:1-17; 8:1-5

Ketika tujuh meterai dibuka, ini merupakan seri pertama dari tiga penghakiman atau malapetaka di akhir zaman. Malapetaka ini semakin dahsyat dan memiliki akibat kerusakan parah yang menimpa bumi. Intinya, bumi tidak semakin baik-baik saja, tetapi makin menuju pada kerusakan dan kebinasaan. Bagaimana pun kita menjaga bumi ini, ia akan tetap menuju pada kerusakan dan kehancuran.

Empat meterai pertama digambarkan sebagai pengendara kuda di akhir zaman. Meterai pertama dibuka, memperkenalkan Antikristus (ayat 1-2). Antikristus diizinkan untuk muncul, karena selama ini ada yang menahan, yaitu jemaat. Ketika jemaat diangkat oleh Tuhan, maka Antikristus memperlihatkan dirinya secara terang-terangan.

Ketika meterai kedua dibuka (ayat 3-4), muncul kuda merah padam dan orang yang menungganginya diberi kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari bumi. Hal ini menyebabkan terjadi peperangan yang dahsyat. Manusia saling membunuh dan kepadanya memang diberi sebilah pedang yang besar, sehingga tidak ada damai sejahtera di bumi.

Selanjutnya meterai ketiga dibuka (ayat 5-6). Muncul kuda hitam dan yang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya. Terjadi masalah secara ekonomi. Kelaparan terjadi di mana-mana, sehingga harga makanan melambung tinggi. Secupak gandum sedinar dan tiga cupak jelai sedinar. Makanan susah untuk dibagi, hanya cukup untuk diri sendiri.

Meterai keempat (ayat 7-8) muncul kuda berwarna hijau kuning dan yang menungganginya di sebut Maut. Kepadanya diberi kuasa atas seperempat bumi untuk membunuh dengan pedang, kelaparan, penyakit sampar. Binatang-binatang buas bermunculan dan mengejar serta membunuh manusia. Lebih mengerikan dari Covid-19. Penyakit, kelaparan dan peperamgan semakin dahsyat.

Meterai kelima menyatakan kepada kita bahwa ada orang-orang yang tertinggal dan tidak ikut terangkat. Mereka akhirnya bertobat serta beriman kepada Tuhan. Tetapi mereka mengalami penganiayaan dan kematian (ayat 9-11). Mereka orang-orang yang bersaksi, tetapi tidak diterima. Tuhan mendengar seruan mereka yang meminta keadilan. Kepada mereka masing-masing diberi sehelai jubah putih. Tetapi mereka perlu bersabar sampai genap jumlah orang-orang yang menderita dan mati sama seperti mereka.

Ketika Anak Domba membuka meterai keenam (ayat 12-14), terjadi gempa bumi yang dahsyat dan menimbulkan kehancuran yang tidak biasa.  Digambarkan bahwa matahari menjadi hitam dan bulan merah bagaikan darah. Selanjutnya bintang-bintang di langit berjatuhan, langit menyusut, gunung dan pulau-pulau bergeser dari tempatnya. Saat itu, orang mati atau tidak mati, tetap saja dalam penderitaan.

Mereka yang bertahan hidup sampai saat itu akan berteriak, “Runtuhlah menimpa kami dan sembunyikanlah kami terhadap Dia, yang duduk di atas takhta dan terhadap murka Anak Domba itu.” Sebab sudah tiba hari besar murka mereka dan siapakah yang dapat bertahan? (ayat 16-17).

Ketika meterai ketujuh dibuka (Wahyu 8:1-5), maka terjadi kesunyian di Surga, kira-kira setengah jam lamanya. Meterai itu berisi tujuh sangkakala yang akan mengakibatkan kehancuran dan malapetaka sesi dua. Artinya, penderitaan di dunia setelah peristiwa pengangkatan masih belum selesai. Pilihan ada di tangan kita hari ini, tetap teguh setia kepada Tuhan atau tidak. Tidak ada yang bisa memaksa.

Views: 3

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top