Dan Allah pun Menyesal

Yunus 3:1-10

Perkataan “Tuhan menyesal atau penyesalan Tuhan” beberapa kali tercatat di dalam Alkitab. Salah satunya, perkataan ini ada di dalam ayat yang telah kita baca, di dalam kisah Yunus ini. Kisah lain terdapat di dalam Kejadian 6:6. Di dalam bahasa Ibrani, kata ini adalah ‘nakham’ dengan beberapa pemahaman:

Pertama, Tuhan merasa sedih terhadap segala sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Hal ini terjadi karena memang Tuhan memberikan kehendak bebas kepada manusia. Kedua, menggambarkan isi hati Tuhan yang dikemas dalam bahasa manusia. Tuhan itu maha kudus sekaligus maha kasih dan maha adil. Ia kudus sehingga tidak ada orang berdosa yang bisa bersama-sama dengan Dia. Ia maha adil sehingga bisa murka kepada manusia berdosa. Ia juga maha kasih, sehingga menyambut orang-orang yang mau bertobat.

Penyesalan Tuhan bukanlah sikap dari Tuhan. Ia sudah tahu sebelumnya, segala sesuatu yang akan terjadi pada manusia. Penyesalan Tuhan lebih kepada pengungkapan perasaan Tuhan yang sangat sedih, ketika terjadi hal yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Kesedihan Tuhan itu yang digambarkan dengan kata ‘Tuhan menyesal’.

Kembali ke kisah Yunus, kota Niniwe merupakan kota besar pada zaman itu (perkiraan zaman ini: kota Mosul, Irak). Jika dikelilingi, luasnya diukur tiga hari perjalanan (3:3). Penduduknya sekitar seratus dua puluh orang, belum termasuk ternak. Kota itu berada di bawah pemerintahan seorang raja. Kota Niniwe merupakan ibu kota Asyur. Setelah dimuntahkan oleh ikan besar, Yunus hidup kembali dan mendapatkan perintah dari Tuhan untuk kedua kalinya. Yunus harus pergi ke Niniwe, untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada penduduk di kota itu.

Tidak dijelaskan mengenai kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang Niniwe. Di dalam Yunus 1:2 hanya dikatakan bahwa kejahatan mereka telah sampai kepada Tuhan. Apapun dosa dan pelanggaran manusia, sedikit atau sekecil apapun, tetap akan mendapatkan penghukuman, jika tidak bertobat. Jika penduduk kota Niniwe terancam ditunggangbalikkan, berarti kejahatannya bisa lebih parah dari kejahatan yang dilakukan oleh penduduk Sodom dan Gomora. Informasi kejahatan Niniwe tercatat di dalam Nahum 3:1-7.

Di satu sisi, Tuhan telah memberi kesempatan kepada Yunus selama tiga hari tiga malam di perut ikan besar, supaya ia mengetahui kasih Tuhan yang besar itu. Di sisi lain, melalui Yunus, Tuhan memberi kesempatan kepada penduduk Niniwe selama empat puluh hari untuk bertobat, sebelum Tuhan memusnahkan kota itu. Yang disampaikan oleh Yunus hanya kalimat pendek, tetapi membuat penduduk kota itu langsung respon dengan pertobatan, tanpa menunggu empat puluh hari. Menariknya, respon pertama kali muncul dari penduduk kota, setelah itu baru diikuti oleh sang raja.

Pertobatan yang cepat dari penduduk Niniwe ini di luar dugaan semua orang. Tetapi hal itu justru yang membuat Tuhan mengasihi mereka dan menerima pertobatan mereka. Sepertinya tidak mungkin, orang yang melakukan kejahatan besar dan bersama-sama, bisa merespon firman Tuhan dengan sangat cepat. Tetapi itulah yang terjadi, mengajarkan kepada kita bahwa waktu yang tepat untuk bertobat atau berbalik adalah sekarang (sesegera mungkin), tidak ada penundaan.

Views: 4

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top