Yohanes 4:46-54
Memiliki anak adalah keinginan ideal dari setiap orang yang sudah menikah. Kehadiran anak akan memberi warna tersendiri dalam kehidupan keluarga tersebut. Orang tua memiliki harapan yang besar akan masa depan keluarga tersebut, melalui anak-anak mereka. Anak adalah pemberian berharga yang dititipkan oleh Tuhan bagi orang tua untuk merawat dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang dan tanggungjawab. Hal tersebut tercatat di dalam Mazmur 127:3, “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah.” Ketika memilik anak, orang tua biasanya tidak segan-segan untuk mengesampingkan kepentingan mereka sendiri, bahkan rela mengorbankan apa saja demi kebaikan dan keselamatan si anak.
Kisah pegawai istana yang telah kita baca merupakan kesaksian seorang ayah yang memiliki kasih besar demi kesembuhan dan keselamatan anaknya. Ketika anaknya sakit dan hampir mati, ia mengusahakan segala sesuatu untuk kesembuhan anaknya tersebut. Dengan iman dan pengharapan akan kesembuhan anaknya, ia mencari dan menemui Yesus, ia memohon pertolongan-Nya demi kesembuhan anaknya. Yesus menjawab permohonannya tersebut dengan tantangan yang ditanggapi dengan iman. Itulah yang menyembuhkan anaknya.
Kana, suatu kota di provinsi Galilea, telah menjadi tempat yang selalu diingat oleh para murid Yesus dan masyarakat di Galilea, karena Yesus telah melakukan mujizat-Nya yang pertama kali. Pada suatu ketika, Yesus kembali dari perjalanan-Nya menuju ke Galilea. Di Galilea, Tuhan Yesus kembali mengadakan mujizat yang kedua, yaitu menghidupkan dan menyembuhkan anak laki-laki dari seorang pegawai istana raja Herodes Antipas. Kemungkinan besar, pegawai istana ini memiliki jabatan yang tinggi, yang bersedia untuk mencari dan menemui Yesus, seorang tukan kayu, rakyat biasa. Pegawai istana ini rela menempuh perjalanan yang cukup jauh bersama hamba-hambanya, dari Kapernaum ke Kana.
Pasti pegawai istana ini telah berusaha sekuat tenaga untuk kesembuhan anaknya, tetapi belum mendapatkan hasil. Mungkin pegawai istana ini pernah mendengar nama Yesus, yang tersiar kabarnya memiliki kuasa untuk mengadakan mujizat. Siapapun kita, akan melakukan apa saja demi kesembuhan anak kita, seandainya mereka dalam kondisi sakit.
Hal yang tidak biasa yang terjadi pada waktu itu adalah, seorang berpangkat tinggi dari kalangan non-Yahudi (penjajah), mau mencari dan datang kepada orang Yahudi (yang dijajah) dari kalangan orang biasa. Tujuan utamanya adalah untuk kesembuhan dan keselamatan anak laki-lakinya. Bersyukur karena pegawai istana itu datang kepada orang yang tepat. Ketika pegawai istana itu bertemu dengan Yesus, ia memohon supaya datang ke rumahnya di Kapernaum untuk ). menyembuhkan anaknya yang hampir mati (ayat 47). Tetapi Yesus merespon dengan cara berbeda, yaitu dengan berkata, “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” (ayat 48).
Meskipun mendapatkan respon yang berbeda, pegawai istana itu tetap memohon kepada Tuhan. Pada saat itu, Yesus menjawab, “Pergilah, anakmu hidup!” Hanya dengan perkataan tersebut, pegawai istana itu percaya dengan perkataan itu, meskipun di sendiri tidak melihat kesembuhan anaknya. Tidak semua orang memiliki iman seperti ini. Kebanyakan orang akan percaya setelah melihat terlebih dahulu. Ketika dalam perjalanan ke Kapernaum, dia mendapatkan kabar bahwa anaknya sembuh tepat pada saat Tuhan Yesus menjawab, bahwa anaknya hidup. Karena itulah, maka ia percaya kepada Yesus bersama dengan seluruh keluarganya.
Orang tua yang baik dan mengasihi anaknya, rela untuk merendahkan dirinya, menanggalkan semua status dan jabatannya, bahkan harga dirinya demi kesembuhan anaknya. Melalui kisah ini, jika kita memiliki posisi sebagai anak, maka seharusnya kita perlu menyadari bahwa orang tua kita juga sangat mengasihi kita. Bentuk kasih orang tua kepada anak bisa berbeda-beda. Karena itulah, di dalam Keluaran 20:11, firman Tuhan berkata, “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.”
Views: 11