Imamat 10:1-20
Sebelumnya dibahas mengenai dua kemungkinan kesalahan dari Nadab dan Abihu. Kesalahan lain yang mungkin dilakukan oleh mereka, yaitu mereka melaksanakan persembahan tidak sesuai dengan waktu Tuhan. Kemungkinan lain mereka sembarangan waktu masuk ke dalam tempat kudus di belakang tabir (bdg. Imamat 16:1-2). Semua kemungkinan itu menjelaskan bahwa mereka mau melayani Tuhan dengan cara atau aturan mereka sendiri.
Hari ini kita pun tidak boleh melakukan hal yang demikian. Kita tidak boleh melayani Tuhan tetapi di luar peraturan Tuhan. Jangan sampai kita melayani Tuhan, sekaligus melanggar ketetapan Tuhan. Misalnya, mengenai baptisan, tidak ada firman Tuhan yang mendukung pengajaran tentang baptisan bayi. Tetapi hari ini, masih banyak gereja yang melakukan hal itu. Syarat seseorang bisa memberi diri dibaptis adalah percaya atau beriman kepada Tuhan Yesus Kristus (bdg. Kisah Para Rasul 8:36-37).
Pelajaran ketiga dari peristiwa kesalahan Nadab dan Abihu, kita tidak boleh bersimpati atau berkompromi dengan kesalahan. Ketika Tuhan mematikan Nadab dan Abihu, keluarga Harun tidak diperbolehkan untuk berkabung. Mereka harus tetap bertugas di Kemah Suci. Jika mereka berkabung, maka mereka akan dianggap menentang Tuhan yang telah memberikan hukuman itu. Keluarga Harun tidak diperbolehkan menangis. Bersimpati saja tidak boleh, apalagi bekerja sama atau mengikuti kesalahannya.
Di dalam 2 Tawarikh 19:1-3 diceritakan bahwa Yosafat menjalin persahabatan atau persekutuan dengan Ahab dan membuat Israel bersekutu dengan Yehuda. Langkah ini tidak disenangi oleh Tuhan karena Ahab adalah orang yang jahat. Tidak ada alasan bagi Yosafat untuk bersekutu dengan Ahab, bahkan berbesan dengan dia. Tuhan tidak mengizinkan kita berkompromi dengan dosa atau pelanggaran.
Ada kemungkinan lain, yaitu Nadab dan Abihu sedang mabuk anggur ketika mereka masuk ke Kemah Pertemuan itu. Hal ini mengajarkan kepada kita tentang bahaya mengkonsumsi minuman keras. Minuman itu bisa membuat pikiran seseorang menjadi kacau dan akhirnya melakukan sesuatu di luar kesadaran. Tuhan memperingatkan untuk membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, antara yang najis dengan yang tidak najis.
Setelah peristiwa ini, Musa segera memperhatikan segala sesuatu dengan lebih detail, supaya kesalahan itu tidak berulang. Musa juga memberitahu bagian-bagian yang harus mereka makan di setiap korban. Suatu ketika Musa mendapati ada kambing jantan yang tidak dimakan, tetapi dibakar habis. Mengetahui hal itu, Musa marah dan berpikir bahwa Harun dan anak-anaknya telah mengulangi kesalahan. Untungnya Musa mendapatkan penjelasan yang baik. Harun mengatakan bahwa ada situasi yang membuatnya tidak dapat makan.
Musa setia dan memperhatikan segala sesuatu dengan detail untuk Tuhan. Kita pun seharusnya demikian, setia dan memperhatikan segala sesuatu, bahkan yang kecil sekalipun, untuk memuliakan Tuhan. Tuhan itu maha kudus dan kita tidak boleh sembarangan dengan Tuhan, terutama dalam aktivitas pelayanan kita kepada-Nya.
Views: 42