Imamat 23:7-8
Mengenai hari raya Paskah dan Roti Tidak Beragi, dijelaskan juga di dalam 1 Korintus 5:6-8, “Kemegahanmu tidak baik. Tidak tahukah kamu, bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan? Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus. Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.”
Paulus sedang berbicara tentang adanya dosa di dalam jemaat yang pada waktu itu tidak dibereskan oleh jemaat di Korintus dengan segera. Sedikit dosa saja memiliki pengaruh dan dampak yang negatif terhadap jemaat. Paulus menginginkan supaya jemaat di Korintus mendisiplinkan orang yang sudah berbuat dosa itu. Jemaat di Korintus sudah diselamatkan. Anak domba Paskah yang disembelih di Mesir adalah gambaran akan Anak Domba yang sejati, yaitu Yesus Kristus.
Orang sudah diselamatkan dengan pengorbanan Yesus Kristus, maka ia harus masuk dalam periode kemurnian dan kebenaran. Orang percaya harus membangun karakternya untuk mencapai kekudusan. Orang percaya harus membuang “ragi” dari hidupnya. Orang percaya harus membersihkan dirinya untuk menghilangkan “ragi” itu.
Paskah merupakan satu dari tiga hari raya orang Isreal yang mengharuskan semua orang Israel (laki-laki yang sudah dua belas tahun ke atas) datang ke Yerusalem. Semuanya ini dilakukan untuk memperingati Sang Juruselamat. Ketiga hari raya itu adalah Paskah yang dilanjutkan dengan hari raya Roti Tidak Beragi; lalu hari raya Pentakosta yang dirayakan tujuh minggu setelah hari Raya Roti Tidak Beragi; dan hari raya Pondok Daun. Meskipun ada tujuh hari raya orang Yahudi, tetapi tidak semua hari raya itu mengharuskan untuk hadir di Yerusalem.
Tuhan memberikan hari raya ini dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang kebenaran-kebenaran rohani. Selain alasan rohani, ada juga alasan-alasan sosial dan praktikal yang memang ditujukan untuk orang Israel pada waktu itu. Selain menggambarkan masa depan, hari raya ini juga digunakan untuk mengingat semua yang sudah terjadi di masa lampau. Sebuah bangsa memang harus memperingati sejarahnya sendiri. Mereka harus mengingat hal-hal penting yang sudah terjadi dalam sejarah bangsa mereka.
Hari raya itu juga menjadi kesempatan bagi bangsa Israel untuk menyatukan diri. Adanya hari raya, akan semakin memperkuat tali persaudaraan dan rasa nasionalisme mereka. Karena itu, ketika kerajaan Israel terpecah dan ada bagian kerajaan yang tidak lagi memperbolehkan perayaan ini ke Yerusalem, kerajaan Israel makin terpecah dan hancur. Padahal jika mereka melakukan perayaan ini, kemungkinan besar mereka bisa bersatu kembali.
Selain makna rohani, ada banyak makna praktis di dalam perayaan-perayaan ini. Pada saat perayaan-perayaan ini, para imam dan para Lewi juga memiliki kesempatan untuk menjelaskan dan mengingatkan kembali makna rohani dari semua perayaan yang ada. Perayaan ini juga menjadi kesempatan untuk bersukacita bersama sebagai bangsa.
Views: 31