Korban dan Imam (Jelajah PL 419)

Imamat 15:4-15

Semua yang bersentuhan dengan laki-laki yang auratnya mengeluarkan cairan tidak wajar, akan menjadi najis. Pakaian, tempat tidur dan kursi yang pernah diduduki, semua menjadi najis. Tuhan menjelaskan semua ini, menjadi simbol atau alat peraga terhadap dosa. Dari segi kedokteran zaman modern ini, semua yang terjadi juga hampir sama. Jika ada seseorang yang memiliki penyakit menular, maka ia harus diisolasi. Semua benda yang pernah dipakai atau disentuh, harus dibersihkan dan disterilkan.

Untuk pentahiran, selalu melibatkan korban dan imam, sama seperti penyakit kusta yang sudah dijelaskan sebelumnya. Seperti inilah posisi manusia di hadapan Tuhan. Tuhan itu maha kudus. Tuhan tidak bisa didatangi atau didekati oleh orang yang berdosa. Manusia bisa mendekat kepada Tuhan, dengan syarat dosanya sudah diselesaikan. Dosa tidak bisa diselesaikan oleh manusia itu sendiri. Artinya, manusia tidak bisa menolong dan menyelamatkan dirinya sendiri dari dosa. Jika dibiarkan begitu saja, maka manusia tidak akan pernah memiliki cara dan solusi untuk keluar dari belenggu dosa.

Karena itu, Tuhan sendiri, yang berposisi sebagai Hakim, mengambil inisiatif terhadap manusia. Pada akhirnya, Tuhan membuat jalan penyelesaian dosa dengan cara korban. Ada manusia yang tidak bersalah dan tidak berdosa, siap untuk menanggung hukuman orang-orang berdosa ini. Dengan cara seperti itu, orang berdosa akan bisa diselamatkan. Semua manusia sudah berdosa, sehingga tidak ada yang layak untuk menjadi korban. Inisiatif Tuhan, Ia sendiri yang turun ke dunia, menjadi manusia.

Tuhan menjadi manusia, karena memang Ia harus menggantikan manusia yang berdosa itu. Domba, binatang ternak, malaikat tidak akan bisa menggantikan manusia. Manusia yang bisa menggantikan manusia lainnya. Tuhan menjadi manusia, supaya Ia bisa menggantikan manusia berdosa sebagai korban. Pada saat Tuhan datang sebagai manusia, maka Ia pun akan merasakan kelemahan manusia itu sendiri.

Di dalam Ibrani 4:14-15 dikatakan, “Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.” Tuhan Yesus turut merasakan kelemahan manusia dan tahu rasanya dicobai. Bedanya, Tuhan Yesus tidak pernah berbuat dosa dan memang terbukti tidak didapati kesalahan pada-Nya.

Yesus menjadi Sang Domba, sekaligus Sang Imam. Setiap kali imam besar Israel menyembelih domba, baik imam besarnya maupun domba, semua itu melambangkan Yesus Kristus. Artinya, Yesus Kristus sedang mempersembahkan Diri-Nya sendiri.

Di dalam Ibrani 9:11-12 dikatakan, “Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, – artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, – dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.”

Views: 24

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top