Tanda Budak (Jelajah PL 308)

Keluaran 21:2-6

Di zaman Perjanjian Lama, ada solusi lain bagi orang-orang yang terlibat dalam masalah-masalah tertentu. Daripada mereka dimasukkan ke dalam penjara, lebih baik orang-orang itu dijadikan budak, sehingga tenaganya bisa digunakan lebih produktif. Jika dimasukkan penjara, mereka tidak bisa bekerja secara produktif. Artinya, perbudakan bisa saja menjadi solusi yang lebih baik daripada penjara. Hanya saja, dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu.

Dalam hukum ini, Tuhan ingin supaya budak itu tetap diperlakukan dengan manusiawi. Mereka bukan binatang dan bukan benda. Tuhan mengingatkan kepada orang Israel bahwa mereka sendiri baru saja keluar dari perbudakan di Mesir. Ketika mereka menjadi budak di Mesir, orang Mesir sama sekali tidak memperhatikan hak-hak mereka. Karena itu Tuhan ingin supaya bangsa Israel memperlakukan budak dengan cara yang berbeda. Ketika orang Israel menjadi tuan atas budak, harusnya mereka bisa bersyukur dan tidak memperlakukan budaknya dengan semena-mena.

Dalam aturan Tuhan, seseorang tidak bisa dijadikan budak untuk selama-lamanya. Mereka memiliki hak untuk mendapatkan kehidupan merdeka yang lebih baik. Khusus untuk budak Ibrani, mereka bisa bekerja di bawah tuannya paling lama enam tahun. Pada tahun ketujuh, budak itu harus dibebaskan. Selama enam tahun itu, budak tersebut memiliki kesempatan untuk melakukan hal-hal yang produktif dan berguna. Jika ia menjadi budak karena menjual diri sendiri akibat tidak bisa membayar hutang, maka ia memiliki kesempatan untuk bebas setelah enam tahun.

Jika budak itu sudah beristri sebelum menjadi budak, maka ia bisa bebas bersama dengan istrinya. Tetapi jika budak tersebut diberi istri oleh tuannya, maka jika orang tersebut ingin bebas, ia bebas sendiri, tidak dengan istrinya. Status istri budak itu tetap menjadi budak bagi tuannya. Dalam hal yang satu ini, bangsa Israel memiliki prinsip perbudakan yang berbeda. Tentu di bangsa lain tidak ada tuan yang memikirkan budaknya, sampai menikahkan mereka. Tetapi di kalangan orang Israel, Tuhan ingin hal itu terjadi.

Menjadi budak atas seorang tuan yang baik, tentu tidak menderita. Bahkan hidup mereka bisa menjadi lebih baik daripada mereka menjadi orang merdeka. Mereka bisa menikmati berbagai fasilitas di rumah tuannya. Orang itu bisa memiliki pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Keluarganya juga memiliki kepastian dalam hal keuangan dan keamanan. Bahkan seandainya ia ingin merdeka sendiri, belum tentu kehidupannya bisa lebih baik daripada itu. Memang menjadi orang merdeka sangat indah. Tetapi bisa saja ada budak yang berpikir lebih baik tinggal dengan tuannya, karena tuannya baik.

Jika ada budak yang menolak merdeka, maka budak itu harus diberi tanda dengan cara menusuk telinganya dan ia bekerja seumur hidup di bawah tuannya. Hal ini juga menggambarkan Yesus Kristus yang rela menjadi hamba karena kita sebagai mempelai perempuannya. Mazmur 40:7 menggambarkan tentang telinga yang dibuka, dikutip lagi dalam Ibrani 10:5. Kata “Engkau membuka telingaku” disamakan dengan “Engkau telah menyediakan tubuh bagiku.” Seorang hamba yang tetap ingin menjadi hamba karena mencintai istri serta anak-anaknya, sama dengan Yesus Kristus yang rela menjadi hamba untuk mendapatkan kita sebagai mempelai perempuannya.

Views: 19

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top