Imamat Yang Rajani (Jelajah PL 336)

Keluaran 28:1-43

Ketika Harun menjadi Imam Besar, maka anak-anak Harun menjadi imam-imam. Ketika Yesus Kristus menjadi Imam Besar, maka yang menjadi para imam adalah anak-anak Yesus Kristus. Yang menjadi anak-anak Yesus Kristus adalah semua orang yang bertobat dan percaya kepada-Nya. Hal ini dinyatakan dengan jelas di dalam 1 Petrus 2:9, “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:”

Petrus berbicara kepada orang-orang percaya bahwa mereka adalah imam, karena orang-orang percaya ini sudah ada di dalam Kristus. Keimamatan Kristus berbeda dengan keimamatan Harun. Harun memang imam, tetapi tidak memiliki jabatan nabi dan raja. Keimamatan Yesus Kristus mengikuti jejak keimamatan Melkisedek. Melkisedek adalah seorang raja sekaligus imam. Yesus adalah Raja dan Imam, serta nabi. Karena itulah Yesus Kristus disebut sebagai Sang Mesias, Yang Diurapi. Kita yang sudah ada di dalam Yesus, kita juga adalah imam-imam. Bahkan kita disebut sebagai imamat yang rajani.

Saat ini, masih banyak pemahaman yang rancu tentang hal ini. Banyak orang berpikir bahwa hamba Tuhan atau Gembala Jemaat adalah imam. Padahal sebenarnya, setiap orang percaya adalah imam atas dirinya sendiri. Banyak yang masih berpikir bahwa Gembala Jemaat adalah imam, sedangkan umat yang digembalakannya bukan imam. Sudah ditegaskan bahwa setiap orang percaya adalah imam dan Yesus Kristus sebagai Imam Besarnya. Karena itu, jangan sampai ada orang percaya yang menjadi imam bagi orang percaya yang lain. Jangan sampai ada orang percaya yang menjadi pengantara antara Tuhan dengan orang percaya lain.

Gembala Jemaat tidak memiliki kuasa untuk memberi berkat kepada umat yang digembalakannya. Seharusnya Gembala Jemaat menjelaskan bahwa orang percaya adalah imam, bisa langsung mendapatkan berkat dari Tuhan, tanpa melalui perantaraan orang lain. Doa Gembala Jemaat tidak perlu dikultuskan. Hal ini penting karena seringkali ada umat yang merasa bahwa doa Gembala Jemaat lebih manjur daripada doanya sendiri. Secara tidak sadar, umat sedang diajar untuk lebih percaya kepada manusia daripada percaya kepada Tuhan secara langsung.

Kita semua, orang percaya memiliki posisi yang setara di hadapan Tuhan. Tugas Gembala Jemaat bukan menjadi saluran berkat. Tugas utama Gembala Jemaat adalah mengajar dan menggembalakan, bukan menjadi wakil Tuhan untuk memberkati umat. Tidak ada yang boleh menjadi pengantara antara orang percaya dengan Tuhan, kecuali Yesus Kristus. Jangan sampai orang percaya terjebak pada pengkultusan manusia.

Jika Gembala Jemaat tidak menyadari hal ini, maka ia akan terjebak menjadi orang yang sangat suka dihormati dan diandalkan. Ia akan merasa menjadi orang yang sangat penting. Bahkan ia bisa menjadi pencuri kemuliaan Tuhan. Fokus umat bukan lagi kepada Yesus Kristus secara langsung, tetapi akan lebih mengandalkan manusia yang dianggap memiliki kuasa khusus.

Views: 30

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top