Memiutangi Tuhan (Jelajah PB 977)

1 Petrus 2:18-25

Pada waktu itu, jika ada orang Kristen berposisi sebagai hamba atau budak, mereka harus tunduk kepada tuannya dengan penuh ketakutan. Bahkan harus tunduk kepada tuan yang bengis sekalipun. Memang hal ini tidak berlaku untuk saat ini, karena tidak ada lagi perbudakan. Saat ini, jika kita menjadi seorang karyawan, kita tidak perlu melakukan hal itu. Seandainya kita tidak cocok dengan tempat kerja kita saat ini karena memiliki pemimpin yang tidak baik, kita masih memiliki pilihan untuk pindah tempat kerja. Pada waktu itu, budak tidak memiliki kebebasan seperti sekarang ini. Jika kita mencari uang, maka tidak ada larangan untuk kita mencari tempat kerja yang memberikan gaji tinggi. Tetapi jika kita melayani Tuhan, maka kita tidak bisa menuntut gaji. Kita harus tunduk kepada Tuhan, karena berkat yang didapat berasal dari Dia.

Petrus memberi nasihat supaya taat, termasuk kepada tuan yang bengis. Mungkin tuan itu akan melakukan berbagai macam hal yang membuat hamba itu tersiksa. Jika kita dalam keadaan sadar, mau menderita demi kebenaran, itu adalah kasih karunia dari Tuhan. Pengajaran ini sepertinya mengantisipasi jika ada budak yang akhirnya percaya kepada Yesus Kristus, ketahuan oleh tuannya dan marah, maka mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan. Hamba seperti ini yang menderita karena kebenaran, menderita karena telah menerima Injil, karena telah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus.

Jika kita dipukul karena melakukan kejahatan atau dosa, kita tidak akan mendapatkan pujian apa-apa, karena itu akibat dari kesalahan kita. Tetapi kalau kita dipukul atau dianiaya karena kebenaran, kita sendiri sadar akan hal itu, maka itu adalah kasih karunia Tuhan. Mungkin banyak orang ingin sekali mendapatkan kasih karunia dari Tuhan, tetapi Petrus justru mengajarkan untuk memberi kasih karunia Tuhan. Dijelaskan bahwa kasih karunia itu adalah jika seseorang dalam kesadarannya akan kehendak Tuhan, telah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.

Di dalam Amsal 19:17 dikatakan, “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi Tuhan, yang akan membalas perbuatannya itu.” Jika kita dengan sadar menderita demi Tuhan, kita memiutangi Tuhan. Kita bukan lagi meminta-minta dari Tuhan, tetapi justru “memberi pinjaman” kepada Tuhan. Caranya adalah dengan menderita demi nama-Nya, demi kemuliaan-Nya. Jika kita di dunia ini sudah banyak hidup menderita karena Tuhan, maka Tuhan pasti akan sangat mengasihi kita. Kita perlu mengganti konsep berpikir kita, bukan lagi meminta-minta kepada Tuhan, tetapi berani menderita demi kebesaran nama-Nya.

Tuhan Yesus telah memberikan contoh kepada kita. Ia tidak berbuat dosa dan tipu tidak ada di dalam mulut-Nya. Petrus hidup dengan Yesus selama kurang lebih tiga setengah tahun. Petrus tidak mendapati perbuatan dosa yang pernah dilakukan oleh Yesus Kristus. Orang yang paling tahu dengan sikap dan perilaku kita adalah orang yang paling dekat dengan kita. Ketika Yesus dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki. Ketika Ia menderita dan disalibkan, Ia tidak mengancam. Bahkan Ia berdoa supaya orang-orang yang melakukan kejahatan terhadap diri-Nya mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pengampunan dan keselamatan. Kita harus hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya maka kita telah sembut, terutama sembuh secara rohani. Dulu kita pernah seperti domba yang sesat, sekarang telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwa.

Views: 30

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top