Disalibkan Sekali Saja (Jelajah PB 933)

Ibrani 9:16-28

Umat manusia mendapat wasiat ketika Sang Juruselamat telah mati bagi seluruh umat manusia. Paulus menggambarkan dengan wasiat, karena Tuhan melalui Yesus Kristus telah membuat janji akan mengirim Juruselamat yang akan mati bagi umat manusia. Jika hal ini tidak terjadi, maka wasiat tidak berlaku. Karena itu, wasiat atau perjanjian itu harus disahkan dengan darah. Ketika Musa selesai memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat Israel, ia kemudian mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, bulu merah dan hisop, lalu memercikkannya kepada kitab dan seluruh umat. Itulah darah perjanjian yang ditetapkan oleh Tuhan bagi bangsa Israel.

Pada waktu itu, darah tidak boleh dimakan karena digunakan sebagai simbol perjanjian. Hari ini, ketika kita sudah masuk zaman Perjanjian Baru, zaman gereja, kita sudah tidak hidup di dalam ibadah simbolik lagi. Tidak ada makanan yang menajiskan kita, termasuk darah (tentu yang sudah dimasak). Hanya saja darah memang tidak baik untuk dimakan. Saat ini kita tidak perlu memercikkan darah untuk menyucikan sesuatu. Di dalam Kis 15, memang ada keputusan penatua untuk tidak boleh makan darah. Pada waktu itu mereka belum paham secara keseluruhan mengenai peralihan ibadah simbolik ke ibadah hakikat. Karena itulah, selanjutnya di dalam Korintus Paulus memperbolehkan makan makanan yang sudah pernah dipersembahkan kepada berhala, asal tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. Intinya, tidak ada lagi makanan yang menyebabkan manusia menjadi tidak kudus. Yang diperhatikan bukan lagi kekudusan jasmani, tetapi kekudusan rohani, kekudusan hati.

Segala sesuatu yang melambangkan apa yang ada di surga harus ditahirkan dengan darah. Semua hal itu menunjuk kepada pengorbanan Tuhan Yesus Kristus. Paulus terus menegaskan bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh bangsa Israel sebelum kedatangan Yesus Kristus, semuanya adalah gambaran saja dari yang sebenarnya. Yesus sendiri masuk ke sorga menghadap hadirat Bapa di surga, untuk kepentingan kita. Tidak seperti Imam Besar menurut peraturan Harun yang setiap tahun harus masuk ke tempat maha kudus, Yesus Kristus cukup satu kali saja mempersembahkan diri-Nya sendiri. Jika Yesus mengikuti peraturan Harun, maka ia harus berulang-ulang menderita dan disalibkan. Yesus Kristus hanya satu kali saja menyatakan diri-Nya, yaitu pada zaman akhir untuk menghapus dosa oleh korban-Nya.

Yesus berkorban dan disalibkan sekali saja untuk dosa seluruh umat manusia di dunia, dari dosa Adam dan Hawa sampai dosa manusia terakhir. Semua dosa diselesaikan di kayu salib. Dosa yang pernah kita lakukan dan yang belum pernah kita lakukan, semuanya telah diselesaikan. Mungkin ada yang berkata bahwa itu tidak mungkin, karena kalau semua dosa sudah diselesaikan, berarti manusia bebas untuk melakukan dosa dan tidak apa-apa. Orang yang memiliki pikiran untuk terus berbuat dosa, berarti belum bertobat sungguh-sungguh dan ingin mempermainkan Tuhan. Orang yang sudah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus akan menjaga kekudusan, karena dia sudah tahu hati dan kehendak Tuhan. Jika kita sudah tahu bahwa Yesus Kristus telah dihukumkan bagi kita, apakah kita akan berpikir demikian? Tanpa pertobatan tidak akan ada pengampunan. Pertobatan dan percaya kepada Yesus Kristus membawa kita kepada posisi kudus yang dimiliki oleh Yesus Kristus, karena Yesus Kristus telah menggantikan posisi kita sebagai orang berdosa, dan disalibkan.

Views: 35

Jika saudara diberkati, silahkan bagikan:

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top