Titus 1:15-16
Hukum-hukum Yahudi sudah tidak berlaku lagi pada hari ini. Semuanya sudah digenapi oleh Yesus Kristus, terutama hukum-hukum yang simbolik. Sedangkan hukum moral, yang justru dilupakan oleh orang Yahudi, dipertegas dan ditingkatkan oleh Tuhan Yesus. Jika dulu tidak boleh membunuh manusia secara fisik, sekarang bahkan tidak boleh membunuh secara karakter. Jika dulu tidak boleh berzinah, sekarang bahkan untuk membayangkan hal tersebut pun tidak boleh. Moral dan karakter orang Kristen harus terus ditingkatkan.
Bagi orang suci, semuanya suci. Saat ini tidak ada makanan yang mempengaruhi kesucian kita, karena kesucian kita bukan hal fisik, tetapi hal rohani. Bagi orang najis dan orang yang tidak beriman, suatu pun tidak ada yang suci. Dari pikiran sampai ke hati, semuanya najis. Baik akal maupun suara hati mereka najis. Sebenarnya, jika kita sudah bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus, kita sudah ada dalam kekudusan. Setelah itu Roh Kudus masuk dalam hati kita, maka hati kita pun kudus. Selanjutnya kita diminta untuk membangun karakter yang kudus.
Tidak ada makanan yang membuat posisi kita menjadi tidak kudus. Makanan yang dilarang di dalam Perjanjian Lama, berkaitan dengan ibadah simbolik. Sekarang kita tidak lagi beribadah secara simbolik, tetapi kita beribadah secara hakikat, di dalam hati, di dalam roh dan kebenaran. Kita harus melihat perbedaan ini. Yang dipentingkan di dalam Perjanjian Lama adalah simbolik kudus secara jasmaniah (fisik). Sekarang kita pada saat ini mementingkan kesucian hati dan hakikat.
Banyak orang yang mengaku mengenal Tuhan, tetapi sebenarnya, dengan perilaku dan perbuatan mereka, mereka telah menyangkal Tuhan. Banyak yang berteriak-teriak percaya kepada Tuhan, tetapi perbuatan mereka tidak mencerminkan bahwa mereka mengerti kehendak Tuhan. Perbuatannya seringkali tidak selaras dengan teriakannya. Bahkan mereka melakukan perbuatan keji dan durhaka. Mereka tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik.
Suatu kali orang Yahudi pernah berkata kepada Yesus dan mengaku bahwa Abraham adalah bapa mereka. Justru Tuhan Yesus berkata kepada mereka, bahwa perbuatan mereka ternyata tidak mencerminkan bahwa mereka adalah keturunan Abraham. Dari perbuatan mereka, Yesus mengatakan bahwa bapa mereka adalah Iblis. Perbuatan membenci orang, membunuh orang, mencuri hak orang lain, itu perbuatan yang tidak mencerminkan karakter Tuhan. Perbuatan itu lebih mencerminkan karakter Iblis.
Kita bisa mendapat kesimpulan, kita anak siapa bisa dilihat dari perbuatan kita. Kita juga bisa menguji orang lain dari perbuatan mereka, kita bisa tahu sebenarnya mereka percaya atau beriman kepada siapa. Kita terlihat bukan dari teriakan kita, tetapi dari perilaku kita. Kita tahu bahwa sekarang banyak orang tidak sanggup untuk berbuat sesuatu yang baik. Lebih mudah untuk melakukan kejahatan daripada kebaikan. Kebaikan harus diajarkan terus menerus, diberi contoh dan teladan terus menerus. Sedangkan kejahatan tidak perlu diajarkan berulang-ulang. Cukup diajarkan sekali dan diberi contoh sekali saja, maka orang bisa melakukan kejahatan. Bahkan mereka bisa melakukan kejahatan dengan lebih kreatif. Hal inilah yang akan sangat mengerikan, memasuki masa-masa akhir dunia ini.
Views: 31