1 Timotius 3:8-11
Di dalam Efesus 4:11 dijelaskan mengenai jabatan atau jabatan yang ada di dalam jemaat pada waktu itu, yaitu: rasul, nabi, pemberita Injil (penginjil atau evangelis), gembala (penatua atau penilik) dan pengajar (guru). Di dalam Kis 6, muncul orang-orang yang dipilih di dalam jemaat untuk melayani meja. Rasul dan nabi sudah selesai tugasnya, ketika pewahyuan sudah selesai dan dasar kebenaran firman Tuhan sudah lengkap. Saat ini tinggal penginjil, gembala dan guru yang mengajarkan firman Tuhan serta ditambah diaken yang bertugas untuk melayani meja (diakonia). Diaken pertama kali diangkat dan diberi tugas untuk membagikan bantuan kepada jemaat di Yerusalem yang membutuhkan dan kepada para janda.
Saat sekarang ini, ketika gereja semakin berkembang, ada semakin banyak urusan lain yang perlu diatur oleh diaken. Di dalam Alkitab tidak ada istilah pendeta dan majelis. Istilah jabatan ini muncul kemudian, ketika gereja berkembang ke berbagai tempat dan mulai banyak pengaruh kepercayaan lain atau dunia sekuler yang masuk ke dalam gereja. Ketika istilah yang bukan dari Alkitab dipakai dalam jemaat, maka terjadi potensi kekacauan terhadap tugas, peran dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan tersebut. Bahkan seringkali tata gereja lebih berkuasa daripada Alkitab itu sendiri. Kita perlu berhati-hati dengan hal-hal seperti ini. Meskipun hal seperti ini kelihatan sepele, tetapi ada saja pengaruh-pengaruh yang masuk dalam kekristenan, termasuk pengaruh pengajaran.
Untuk menjadi diaken, jemaat haruslah seseorang yang terhormat. Tidak diperbolehkan memiliki karakter atau kebiasaan bercabang lidah, lain berbicara di sini dan lain lagi berbicara di tempat lain. Jika ada seorang diaken yang seperti ini, di akan menyebabkan banyak persoalan di dalam jemaat. Perkataannya tidak bisa dipercaya dan menimbulkan kekacauan. Jika mendapat kesempatan menjadi diaken, maka harus bisa dipercaya, tegas dalam perkataan dan disiplin. Seorang diaken tidak boleh dari kalangan pemabuk dan tidak boleh serakah. Tugas diaken adalah membagikan bantuan dengan adil, jangan sampai serakah sehingga mengambil bantuan bagi orang lain, yang bukan haknya. Seorang diaken seharusnya memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. Dia adalah orang yang sungguh-sungguh percaya di dalam hati dan bertekun di dalam imannya.
Sebelum menjadi diaken, mereka harus diuji terlebih dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tidak bercacat. Diuji artinya orang tersebut memang sudah memiliki karakter dan perilaku yang baik di dalam jemaat. Bentuk ujian lain adalah dengan cara mengumumkannya beberapa kali di depan jemaat, jika ada yang tidak setuju maka bisa menyatakan ketidaksetujuannya bahwa orang tersebut memang tidak bisa ditetapkan sebagai diaken. Jika semua jemaat setuju, maka orang tersebut bisa ditetapkan menjadi diaken.
Istri diaken hendaklah orang terhormat juga. Artinya, istri diaken juga harus mendukung tugas suaminya, dengan cara tidak menjadi pemfinah, bisa menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. Dia juga sanggup untuk memegang rahasia orang lain. Ini salah satu beban yang cukup berat bagi para gembala dan diaken, yaitu memegang rahasia orang dan menyimpannya di dalam hati. Ketika jemaat menceritakan beban persoalan mereka, mau tidak mau itu pun akan menjadi beban bagi gembala, untuk dilanjutkan dalam doa dan permohonan kepada Tuhan.
Views: 24